Halaman

Sabtu, 31 Oktober 2020

Pengen Nikah, tapi….

Bulan Oktober, story dan timeline Instagram penuh dengan acara pernikahan. Sebenarnya sudah mulai sejak Agustus, kemudian September, hingga puncaknya Oktober. Banyak undangan dikirimkan. Membuatku resah. Membuatku betanya-tanya, ternyata yang seumuranku banyak juga yang nikah. Jadi pengen.

Tentunya aku sudah punya target untuk menikah dalam tiga hingga lima tahun mendatang. Tapi melihat orang-orang disekelilingku yang sudah melangsungkan pernikahan membuatku iri. Wajar bukan?

Tapi setelah dipikirkan lagi, sepertinya menjalani kehidupan sesuai dengan rencana adalah yang terbaik. Sekarang belum waktunya untukku menikah. Aku pun mencoba mengingat kembali prinsip yang ingin kupegang kuat-kuat, aku harus memiliki pekerjaan tetap terlebih dahulu dan menabung untuk menikah. Sedangkan sekarang, aku masih pengangguran. Aku belum siap untuk menikah, secara finansial.

Aku juga sudah memiliki rencana, jika aku sudah bekerja dan hidup mandiri nanti aku ingin memasak tiap hari. Agar kelak jika aku menikah, aku bisa memasak untuk suamiku. Klise, tapi aku benar-benar ingin melakukannya. Selain itu, memasak sendiri akan jauh lebih hemat dibandingkan membeli makanan di luar. Yah, ternyata memang belum siap menikah. Masih banyak yang perlu dipelajari dan diperbaiki.

Aku tidak ingin membicarakan kesiapan fisik dan mental karena menurutku fisik dan mentalku sudah siap untuk menikah. Aku justru ingin membahas, betapa tidak bersyukurnya aku. Alih-alih iri dengan posting-an di Instagram, seharusnya aku bersyukur setidaknya aku sudah punya planning untuk kehidupanku beberapa tahun mendatang. Aku sudah bisa merencanakan apa-apa yang ingin kulakukan jika aku nanti menikah sehingga aku bisa mempersiapkan semuanya sedari sekarang. Selain itu, harusnya aku juga bersyukur aku sudah memiliki pasangan yang bisa diajak untuk mendiskusikan perihal tersebut.

Ah, sepertinya ini teguran untukku. Aku terlalu lama dan terlalu sering bermain Instagram. Padahal dulu aku pernah berhasil enam bulan tidak membuka Instagram dan hidupku terasa sangat tenang. Mungkin ini saatnya untuk mengurangi intensitas penggunaan Instagram, dan melakukan hal lain yang jauh lebih bermanfaat. Tentunya, aku juga harus lebih bersyukur dan nerimo dengan segala hal yang terjadi padaku dan menjalaninya dengan sepenuh hati sembari mempersiapkan segala hal untuk mencapai tujuan hidup yang kudambakan.

 

Rabu, 28 Oktober 2020

kondangan.

Kondangan

Bukan tentang ajang ketemu mantan

Bukan tentang mempelai di pelaminan

Melainkan

Momen kumpul bareng teman

Sambil makan-makan

Sekaligus jalan-jalan

Para wanita pamer dandanan

Laki-laki unjuk kemapanan

Begitu realitanya bukan?

Saat bahagia harusnya dirasakan

Malah memunculkan ketidaknyamanan

Iri dengki

Hingga rasa tidak percaya diri

Kenapa aku masih seperti ini

Berpikir lebih baik tak usah kesini

Ah tapi

Setiap kita punya jalan sendiri

Lebih baik menikmati

Dan menertawakan diri

Daripada pusing sendiri

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...