Halaman

Jumat, 11 Februari 2011

No Title


Maggie. Yups, itulah aku. Cewek manis kelas 9C, begitu kata teman-temanku. Sebentar lagi, Valentine Day. Hari yang untuk sebagian remaja begitu penting, termasuk bagi para sahabatku, Salva, Stacy, Ferent, dan Mack. Ferent adalah pacar Salva, sedangkan Stacy bersama Mack. Banyak persiapan telah mereka lakukan untuk menyambut hari kasih sayang tersebut. Ferent sibuk mencari jass untuk ngedate dengan Salva. Begitu pula Salva, yang setiap pulang sekolah kutemani dengan Stacy mencari ­nightdress, tapi tidak juga menemukan pilihannya. Stacy dan Mack merayakan Valentine dengan konsep berbeda. Mereka ingin merayakan Valentine dengan saling memberi kado, dan menjamu para sahabatnya, yaitu aku, Salva, Ferent, dan Oland. Aku sangat mendukung Stacy dan Mack, karena aku juga ikut diuntungkan dengan jamuan makan malamnya besok Minggu, malam valentine. Tapi, aku benar-benar menentang Salva dan Ferent. Gara-gara mereka merayakan Valentine dengan acara ngedate, aku jadi direpotkan dengan harus menemani Salva mencari nightdress, seperti siang ini.
“Gi, temenin Vava ya! Cari nightdress lagi, Vava udah tau butik tempat jual nightdress yang bagus! Ajak Stacy juga, ya!”, kata Vava saat menemuiku di kantin.
“Aduh Vava, kamu ini ya! Tiap hari cari nightdress, tapi nggak pernah ada yang kamu beli.”, kataku.
“Yah, nanti Vava milih deh! Ya Gi, please temenin Vava.”, rayu cewek imut itu setengah memaksa.
“Oke deh, aku kan nggak punya pilihan buat nolak.”, jawabku pasrah.
Ya begitulah, Vava selalu berkata “akan membeli”, tapi itu tidak akan pernah terjadi selama belum tanggal 13 Februari. Sejak tanggal 1 Februari! Sampai hari ini, tanggal 11 Februari! Sedangkan aku dan Stacy, hanya bisa pasrah menuruti kemauannya.
Setelah dari kantin, kami berpisah di depan kelas Salva, di kelas 9A. Kemudian aku berjalan menuju kelasku, dan memberitahu Stacy untuk ikut menemani Salva ke butik.
“Stac, ntar ke butik.”, kataku.
Dengan mudah Stacy memahami maksudku karena kebiasaan kita pergi ke mall dan butik mencari nightdress untuk Salva.
“Mm, nanti sekalian mampir mall ya! Aku mau cari kado buat Mack.”, balas Stacy.
“Huft, Salva cari nightdress, kamu cari kado, aku cari apa?”, keluhku.
“Tau, cari aja kado buat Oland!”, kata Stacy tanpa dosa.
“Hah, Oland? Kamu ini ya, Oland mulu! Nggak bosen apa?!”, bentakku.
“Ah, udah deh! Gausah muna gitu kenapa sih?”, ledek Stacy.
“Hey, cewek cewek!”, teriak Ferent mengageti.
“Mm, dari mana lu?”, tanya Stacy.
“Biasa, dari cowok kalian.”, jawab Ferent.
“Hey, emang Stacy punya cowok, tapi enggak dengan aku! Aku nggak punya cowok!”, sahutku.
“Lha terus, Oland itu siapamu?”, tanya Ferent dengan nada meledek.
“Mm, sahabatku!!”, jawabku enteng.
“Alah sok-sokan, kakak tercinta dan adek tercinta gitu, haha.”, ledek Er lagi.
Akhirnya peledekan pun terjadi. Yah, keempat sahabatku memang sering mengejekku dengan Oland. Memang, setelah lama kami bersahabat, dan keempat sahabat kami saling pacaran, aku akhirnya menyadari kalau aku ada perasaan dengan Oland. Dan baru-baru ini, Ferent berkata kalau Oland juga ada rasa padaku. Sejak itulah mereka mulai mengejekku dan Oland.
Sepulang sekolah, aku, Stacy, dan Salva pergi ke butik mencari nightdress untuk Salva.
“Hey, gaunnya bagus!”, pekik Salva.
“Yaudah, ambil aja! Habis ini kita ke mall, ya! Aku mau cari kado buat Mack.”, timpal Stacy.
“Mm, tapi warnanya kurang pas, mau liat-liat dulu!”, celetuk Salva.
Aku dan Stacy hanya bisa saling berpandangan. Aneh sekali tingkah sahabatku yang satu ini.
Setelah hampir dua jam berkeliling, seperti biasa Salva tidak jadi membeli nightdress. Kami pun segera menuju mall yang ada di dekat butik. Sesampainya di mall, kami mampir ke cafee untuk mengisi perut kami yang sedari tadi masih kosong.
“Eh, Gii bakal valentinenan sama siapa?”, celetuk Salva.
“Ya jelas sama Oland, lah.”, sahut Stacy.
“Ih, dasar kamu ini Stac!”, kataku seraya menjitak Stacy.
“Haha, nggak apa-apa lah. Tapi Gii emang cocok kok sama Oland, lagian di antara kita-kita yang belum pacaran kan Cuma Gii sama Oland. Yaudah, pacaran aja kalian sana.”, kata Salva menimpali.
Tak berapa lama kemudian aku melihat sosok Oland.
“Eh, itu Oland kan?”, kataku.
“Waduh, si Oland diingat-ingat nih.”, ledek Stacy.
“Ih, emang bener kok! Nah, itu tuh!”, kataku menunjuk sosok Oland.
“Eh, iya! Emang bener! Nah loh, ada Ferent sama Mack juga tuh!”, sahut Salva.
“Eh, cewek-cewek ke sini kok pada nggak ngajak sih?”, kata Ferent setelah melihat kami.
“Nah loh, bukannya gamau ngajak, tapi kebetulan aja pengin mampir.”, balas Salva.
“Haha, kalian pada mau ngapain di sini?”, tanyaku.
“Mm, liat-liat aja.”, jawab Ferent.
“Jalan yuk!”, ajak Mack kemudian.
“Yah, kalian enak! Jalan ada pasangannya, aku sama siapa?”, tanyaku kemudian.
“Tuh!”, kata mereka berempat serempak sambil menunjuk ke arah Oland.
“Ah, taulah! Kalian ini!”, kata Oland dengan pasrah.
Kemudian kami pun jalan keliling mall lihat-lihat. Ferent-Salva dan Stacy-Mack sudah berjalan. Tinggal aku dengan Oland. Kami hanya berjalan dalam diam. Tanpa bicara sedikitpun karena saling salting. Sampai akhirnya, canggung juga rasanya jalan bareng tapi nggak ngobrol.
“Mm, Ol.”, kataku.
“Eh, iya, Gii?”, balasnya.
“Hehe. Mm, tadi kok kalian ke sini, pada mau apa sih?”, tanyaku basa basi.
“Oh, pada cari kado valentine. Aku sih Cuma nganterin.”, jawab Ol seadanya.
“Oh.”, jawabku singkat.
“Kalo Gii, tadi ke sini ngapain?”, tanya Ol balik.
“Mm, sama! Nganter Stac sama Va nyari kado buat cowoknya, terus mampir aja ngisi perut di cafee. Hehe.”, jawabku.
Di lain tempat,
“Eh, kapan sih mereka jadian?”, ujar Stac.
“Tau! Sebentar lagi paling?”, balas Er.
“Huh. Lama banget nungguin mereka?”, sambung Va.
“Kita harus membantu membuat mereka jadian!”, sahut Mack.
Setelah lama muter-muter mall, kami pun pulang. Dengan tangan hampa. Karena, para cowok datang. Padahal, rencananya aku, Stac, dan Va mau nyari kado buat Mack.
*skip*
13 Februari. Malam nanti adalah malam valentine, dan nanti malam kami akan makan malam di rumah Stacy. Stac sudah mendapatkan kado untuk Mack, kemarin sepulang sekolah. Sepasang liontin emas yang di dalamnya terdapat foto Stac dan Mack. Sedangkan Va, masih belum juga mendapatkan ngihtdressnya. Rencananya, nanti malam dia akan mengenakan nightdressnya tahun lalu. Dan untuk ngedatenya besok malam, dia akan mencari nightdress nanti, sepulang sekolah. Dan yang menyebalkan, sepulang sekolah ternyata dia kembali ke butik tempat kemarin kami mencari nightdress dan mengambil nightdress yang katanya warnanya kurang pas!
Malamnya,
Aku dijemput Va dan Er.
“Hey cepat, Mack dan Ol sudah di sana!”, kata Va menyuruhku lebih cepat.
“Iya, sebentar!”, balasku seraya mengambil tas dan kamipun segera menuju rumah Stac.
Rumah Stac bergaya Eropa Modern, dengan halaman belakang berupa taman yang bisa digunakan sebagai tempat pesta barbecue. Di rumah itu, hanya ada kami berenam. Karna Stac adalah anak semata wayang dan ortu Stac sedang pergi ke luar kota. Tidak ada pembantu di rumah itu. Stac hidup mandiri.
Kami pun segera makan malam. Stac sengaja menyusun enam kursi yang saling berhadapan dan masing-masing dipisah. Stac dengan Mack, Va dengan Er. Jadi, terpaksa aku harus duduk berhadapan dengan Ol.
“Mm, makanannya, enak!”, kata Ol mengawali.
“Mm, iya!”, jawabku seadanya.
Kami pun makan dalam diam. Sampai akhirnya, aku berkesempatan untuk bicara padanya.
“Ol", kataku.
“Iya?”, jawabnya.
“Aku mau bilang sesuatu”, kataku.
“Ya?”, balasnya.
“Aku tahu, kamu sudah tahu kalau aku suka sama kamu. Dan, emm. Er bilang, kalau kamu juga suka sama aku. Mm, aku tidak mau bangga akan itu. Aku hanya ingin, kita, melanjutkan hubungan kita sebagai sahabat. Tapi, sahabat yang saling menyayangi. TTM, mungkin? Mm, maaf. Kalau aku agak blak-blakan.”, kataku panjang lebar mengeluarkan semuanya.
“Mm, mungkin dari sms yang sering aku kirimkan kepadamu, kamu juga merasakannya. Aku, mm, tidak apa-apa kalau kita TTMan, kan?”, balas Ol.
Aku pun tersenyum, dan Ol pun menggenggam tanganku. Tiba-tiba,
“Ehhemm..”
“Ada yang jadian nii, yee...”
Yah, mereka meledekku lagi.
The End
Tak ada yang lebih indah, daripada PERSAHABATAN. Aku harap, persahabatan kita seperti keenam sahabat itu. 

1 komentar:

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...