Halaman

Sabtu, 19 Desember 2020

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tapi kegelisahan yang menumpuk ini akan kurangkum dalam secuil tulisan.

Yap, sekarang aku sudah satu bulan menjalani internsip. Rotasi pertamaku di Puskesmas yang tidak jauh dari tempat tinggalku saat ini. Banyak hal yang kudapat dan kupelajari dalam satu bulan ini. Pengayaan ilmu pengetahuan yang membuatku makin merasa kurang dan kurang, pengalaman yang sangat bernilai dan tentunya tak bisa digantikan, juga pelajaran kehidupan yang penuh warna.

Pada hari pertama bertugas, aku agak terkejut karena aku benar-benar langsung bertemu dengan pasien. Pada saat itu dokter pendampingku juga tengah menjalani dinas luar sehingga aku di ruang BP Umum melayani pasien dengan dokter umum yang lain (kami menangani pasien masing-masing). Aku bersyukur karena aku tidak terlalu mengalami banyak masalah dalam berkomunikasi dengan pasien, namun aku sangat was-was dan deg-degan dalam menentukan diagnosis dan terapi kepada pasien.

Saat jam istirahat pun aku curhat mengenai kegelisahanku selama menghadapi pasien kepada dokter umum yang pada hari itu bertugas di BP bersamaku dan beliau bilang “Nggak apa-apa”, dilanjutkan masukan dan saran dari beliau. Tentu saja tidak hanya sekali itu aku curhat kepada para dokter di Puskesmas, hari-hari berikutnya pun tiap aku memiliki kegelisahan aku selalu menceritakannya dan respon yang kudapat sangatlah baik dan menyenangkan.

Aku cukup lega karena dokter-dokter di Puskesmas tempatku bertugas sangat terbuka kepadaku, tidak pernah mengkritik dan selalu memberi saran yang membangun. Bahkan seorang dokter disitu selalu menekankan “Aku juga masih belajar, Dek. Kita sama-sama belajar bareng-bareng”. Kalimat yang selalu membuatku merasa tenang namun di sisi lain juga menjadi pengingat untukku bahwa aku adalah seorang dokter, yang mau tidak mau harus menjadi long-life learner.

Jujur saja, sebelum memulai internsip sampai kurang lebih satu minggu aku menjalani kehidupan internsipku aku masih mencoba beradaptasi. Delapan bulan menjadi pengangguran membuatku kaget dengan kehidupan Puskesmas yang pada saat itu terasa melelahkan bagiku. Masuk pukul tujuh pagi dan pulang pukul dua siang, aku selalu tertidur sehabis mandi sore. Malam pun aku tidak sanggup melakukan aktivitas apapun dan memilih untuk beristirahat. Namun aku menyadari bahwa aku tidak bisa terus menerus bersikap seperti ini. Aku harus mulai menyusun rencana kehidupan yang benar. Aku harus bisa membagi waktu antara bertugas di Puskesmas, melakukan kegiatan rumah tangga (mencuci pakaian dan membersihkan kamar), serta belajar, menambah ilmu, dan mengumpulkan tugas-tugas internsip.

Akhirnya setelah satu minggu aku mulai bisa beradaptasi. Walaupun aku masih belum rutin belajar, tapi aku sudah mulai membuat target penyelesaian tugas internsip. Penyelesaian tugas internsip inilah yang membuatku mau tidak mau harus membuka kembali materi-materi yang pernah aku pelajari maupun mempelajari ilmu baru yang relevan. Selain itu, kondisi pandemi ini juga membuatku mau tidak mau selalu update informasi kesehatan yang sangat dinamis dengan regulasi-regulasi pemerintah yang berganti dengan cepat karena pada prakteknya para tenaga medis di Puskesmas merupakan promotor pertama yang akan dimintai informasi oleh masyarakat.

Sampai sekarang pun usahaku memang belum maksimal, tapi sedikit demi sedikit aku mulai menerapkan salah satu hal yang harus dilakukan oleh seorang dokter, menjadi long-life learner. Dalam hal lain kita memang tidak boleh merasa kurang dan harus merasa cukup, bersyukur. Tapi ilmu pengetahuan menjadi pengecualian. Ilmu pengetahuan terus berkembang, maka kita juga harus turut berkembang bersama dengan ilmu pengetahuan itu agar bisa menjadi manusia yang berguna.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...