Halaman

Sabtu, 28 November 2020

Whole New World

Setelah enam tahun menghabiskan masa remaja-dewasa muda (?) di Jogja, sekarang aku menghadapi quarter life crisis di tempat baru, tempat yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan untuk aku tempati, Kota Semarang. Yup, dari dulu aku tidak pernah berencana untuk singgah di kota ini karena aku selalu memiliki mimpi yang sederhana untuk tinggal di kota kelahiranku atau sekalian yang jauh dari tempat asalku, dan bagiku kota Semarang itu kurang jauh tapi tidak dekat juga.

Hidup di Jogja dengan budaya pengendara kendaraan bermotor yang masih alus dan sopan, tidak ada klakson mengklakson yang tidak pada tempatnya. Sungguh, aku sangat jarang mendengar bunyi klakson yang ditekan nyaring dan mendadak saat di Jogja. Aku pun sebenarnya termasuk pribadi yang tidak suka membunyikan klakson dan  tidak suka diklakson, jadi aku selalu berusaha untuk berkendara dengan tertib. 

Hari pertama di Semarang tentunya tejradi culture shock karena orang tidak bersalah pun bisa-bisa diklakson! Oke ini hiperbola, tapi inilah keresahan dan kekesalanku dengan polusi suara yang kualami di kota yang baru saja kujajaki ini. Cuaca di Semarang yang panasnya melebihi panas kota Jogja ditambah dengan kondisi traffic yang sangat tidak bersahabat membuatku enggan berlama-lama di jalan. Oiya selain banyaknya bunyi klakson yang menurutku sebenarnya tidak perlu, orang di Semarang berkendara dengan bar-bar dan tidak ada yang mau mengalah.

Pernah pada satu hari karena aku ingin mencari sebuah toko pakaian aku iseng berkeliling di sekitar tempatku kerja mengendarai motor. Aku memutuskan untuk berkendara tanpa tujuan dan hanya menyusuri jalan. Aku menghabiskan satu jam di jalan dan berujung aku mengalami tension type headache, kepalaku rasanya cekot-cekot dan terikat karena stres di jalanan yang hanya berlangsung satu jam! Motor dan mobil tidak ada yang mengalah, kebut-kebutan, tidak ada yang ingin ketinggalan lampu hijau, tidak ada yang mau tertinggal salip menyalip di jalan yang tidak terlalu luas. Aku yang memang berjalan tanpa arah hanya bisa menepi dan mengemudi perlahan tapi pasti.

Apa yang bisa kupelajari dari pengalaman ini, tentunya kita harus menjadi orang yang sabar dan nerimo apalagi di lingkungan baru hahahaha. Cepat atau lambat aku juga harus bisa beradaptasi di dunia yang baru untukku, kali ini dalam hal mengendarai motor. Aku harus mulai terbiasa dengan polusi suara dari klakson kendaraan bermotor disini serta harus segera lihai dan gesit berkendara agar tidak terkaget-kaget dengan kebar-baran yang ada. Tentunya, semoga kita semua selalu diberi keselamatan di jalanan, stay safe and healthy!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...