Halaman

Sabtu, 03 Oktober 2020

Muka Dua, Introvert yang (kelihatan) Banyak Teman

Introverts are relatively more withdrawn, retiring, reserved, quiet, and deliberate; they may tend to mute or guard expression of positive affect, adopt more skeptical views or positions, and prefer to work independently [concept originated by Carl Jung for the study of personality types]https://dictionary.apa.org/introversion

Translate by Google Translate: introvert relatif lebih pendiam, cenderung menjaga ekspresi terhadap suatu afek positif, memiliki pandangan yang lebih skeptis, dan suka bekerja sendiri.

Teman-temanku yang belum mengenalku banyak yang tidak percaya kalau aku seorang introvert (paling tidak ini menurutku, karna bisa saja aku ternyata adalah seorang ambivert, who knows?). Yah, karna dari luar aku nampak memiliki banyak teman, mudah bergaul, dan cukup bisa berkomunikasi dengan aktif.

Tapi hal yang tidak mereka ketahui adalah, ketika aku kembali ke duniaku sendiri aku baru merasakan seluruh energiku terkuras habis setelah bersosialisasi dengan orang-orang. Aku bukannya tidak suka, tidak. Aku menikmati saat aku berkomunikasi dan besosialisasi dengan teman-temanku, aku tertawa bersama mereka memang karna aku senang, aku ikut bergosip memang karna aku tertarik. Tapi entah bagaimana, secara ajaib semua hal tersebut menguras habis energiku sampai di titik aku harus sendiri. Menikmati waktuku sendiri sampai aku merasa energiku kembali terkumpul.

Beberapa hal yang kurasakan mungkin tidak sesuai dengan definisi menurut Bapak Carl Jung di atas, aku bukan seorang pendiam, aku juga tidak akan jaim terhadap hal yang seharusnya aku tertawakan (paling tidak itu yang kupahami dari hasil translasinya). Tapi jika diberi pilihan tentu aku lebih suka bekerja sendiri dan untuk beberapa hal aku terkadang bisa berpikir skeptis tanpa aku sadari.

Kembali ke aku, sebenarnya baru beberapa tahun terakhir ini aku mengklaim diriku sebagai seorang introvert. Sejak kecil aku merasa aku adalah seorang ekstrovert karna aku banyak teman, cukup sering berbicara di depan publik, sangat ekspresif, dan sangat easy-going. Tapi beberapa hal yang aku sadari setelah lebih berumur adalah, semua itu aku lakukan karna aku masih dalam masa mencari eksistensi, aku merasa takut dan khawatir kalau aku tidak punya teman, dan sebagian besar karna tepaksa dan kadung kecemplung kalau dalam istilah Bahasa Jawa.

Pada saat masih berumur di bawah 20 tahun, aku merasa aku harus bisa tampil dan dikenal banyak orang, mempunyai banyak teman, semua itu aku lakukan sebatas untuk eksistensi tanpa memikirkan untuk apa. Selain itu, tanpa kusadari aku juga cukup mendapat banyak kesempatan untuk tampil, sehingga seolah-olah aku memang benar-benar seorang ekstrovert. Pada kenyataannya aku tidak pernah melakukan approach terlebih dahulu. Aku terkesan punya banyak teman karna sebagian dari mereka mau membuka diri untukku (sejujurnya aku malu dan tidak percaya diri, serta cenderung malas untuk memulai suatu pertemanan atau hubungan baru dengan orang baru). Aku tidak pernah dan sangat jarang memulai mengajak, dan cenderung selalu diajak. Selain itu seperti kubilang sebelumnya, secara tidak sengaja banyak kesempatan datang yang membuatku terpaksa harus tampil dan berada di depan publik.

Selama ini dengan banyaknya teman yang aku kenal, aku tetap lebih enjoy dengan diriku sendiri. Aku lebih menikmati waktuku ketika aku meghabiskannya sendiri. Aku menikmati waktu-waktuku ketika aku pulang kuliah langsung pulang, pergi mencari makan sendiri, dan makan di tempat makan sendiri (hal yang bagi teman-temanku kadang dianggap aneh tapi aku justru sangat suka), belanja ke manapun juga sendiri, tanpa perlu membuang energiku untuk bertemu dan berhubungan dengan orang-orang. Aku bergaul dan bersosialisasi hanya sebatas untuk mencari eksistensi. Hingga akhirnya aku mulai mencari tahu dan meraba-raba, apakah aku perlu melanjutkan ini? Pencarian eksistensi ini? Aku merasa waktuku sangatlah kurang untuk diri sendiri. Aku selalu merasa kehabisan energi setelah terlalu banyak bertemu dengan orang.

Setelah mulai memikirkan untuk apa aku mencari eksistensi diri, dan ternyata aku menemukan jawaban versiku, "tidak ada gunanya untuk sekarang", aku memutuskan untuk mengurangi aktivitas sosialku. Aku lebih banyak mengeksplorasi diriku, mencari tahu apa yang sebenarnya aku butuhkan dan apa yang terbaik untukku. Dulu aku biasa keluar sampai malam tapi aku selalu merasa lelah berlebihan setelahnya dan tidak mendapat apa-apa dari itu, tidak ada value berharga yang kudapat tapi justru energiku seperti tekuras habis hanya untuk memenuhi keinginan mencapai eksistensi. Sekarang aku berusaha sebisa mungkin sudah di rumah sebelum matahari terbenam dan hal ini membawa perubahan yang cukup baik untukku. Aku memiliki banyak waktu untuk diriku sendiri. Aku memiliki banyak kesempatan untuk lebih mengenal diriku sendiri, salah satunya dengan menulis.

Tapi terkadang aku juga berpikir, daripada disebut introvert aku lebih cocok disebut memiliki kepribadian tertutup (tolong beritahu aku, apakah dua tipe kepribadian itu sebenarnya sama atau memang berbeda). Sekali lagi, aku punya banyak teman, aku anak yang easy-going dan ekspresif, tapi dibalik semua itu aku adalah seseorang yang tidak pernah menceritakan masalah-masalahku terutama masalah terdalam dan terbesarku kepada siapapun (sampai aku menemukan pasanganku, dan dia menjadi satu-satunya tempatku berbagi keluh kesah). Aku benar-benar setertutup itu, karna aku tidak penah merasa mempunyai orang yang benar-benar bisa selalu ada, dapat mendengarkan, dan dapat kupercaya.

Terkadang aku berpikir, apakah aku munafik? Ketika aku berkumpul dengan orang banyak, aku tulus ketika menertawakan sesuatu. Aku serius ketika aku bersemangat mengemukakan pendapatku di depan publik. Aku tidak merasa ada yang kututupi, dan aku merasa aku tetap menjadi diriku sendiri. Aku hanya tidak ingin membagikan keluh kesahku kepada orang-orang yang aku tidak kenal begitu dekat, karna untuk apa? Lebih baik kusimpan sendiri sampai aku menemukan satu orang yang benar-benar kupercaya bisa menjadi pendengar yang baik dan selalu siaga mendengarkanku, bukan?

Cukup dengan aku. Menurutku, menjadi seorang introvert atau seorang dengan kepribadian tertutup tidak serta merta membuat kita menjadi pribadi yang tidak bisa bersosialisasi. Public speaking diperlukan untuk semua orang, baik yang ekstrovert maupun introvert. Sosialisasi juga tidak bisa dihindari walaupun kita menganggap diri kita seorang introvert karna sudah kodratnya manusia adalah makhluk sosial.

Introvert ataupun ekstrovert adalah bagaimana kita menyikapi stimulus dari luar, dalam hal ini sosialisasi dan komunikasi dengan orang lain. Jika ekstrovert cenderung mendapat semangat yang lebih ketika bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain, introvert butuh istirahat (quality me time) dan mengisi energinya sendiri setelah bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain, dan menurutku itu bukanlah suatu kemunafikan. Bukan berarti introvert yang pandai bergaul itu bermuka dua, dia hanya bisa menempatkan dirinya dengan baik dalam berbagai keadaan dan mungkin memang mendapat kesempatan lebih untuk tampil.

Sekian dariku. Jadi, apakah aku introvert? Atau aku hanyalah seseorang yang tertutup dan tidak percaya diri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...