Bicara
tentang bersyukur akan materi, beberapa waktu yang lalu aku sempat lupa dengan
konsep bersyukur ini. Terkait pekerjaanku, yang sudah jelas di Indonesia ini
gajinya masih di bawah standar intenasional. Banyak dari teman sejawat yang menggemborkan
untuk meningkatkan gaji demi kesejahteraan kami terutama di masa pandemi yang
mana beban kerja kami jauh lebih berat dan lebih besar. Namun setelah diskusi
dengan seorang teman, dia bertanya “Apabila kondisinya sudah aman, mau gaji
dikurangi lagi? Kalau sudah benar-benar aman dan tidak ada pasien sama sekali,
mau tidak digaji?”
Setelah
otakku bekeja cukup lama akhirnya aku paham bahwa dia berusaha membangunkanku.
Aku yang terlena dengan hak yang ingin kutuntut akhirnya tersadar bahwa
sejatinya kita hanya perlu lebih banyak bersyukur. Hal sekecil apapun yang
Tuhan berikan pada kita patut disyukuri. Masalah gaji pun, bila itu memang
sudah menjadi jatah rejeki kita pasti akan ada jalannya. Intinya, aku masih
terus belajar untuk bersyukur dan nerimo.
Salah
satu hal yang mungkin bisa membantu untuk belajar bersyukur adalah, membiasakan
diri untuk hidup sederhana. Hal ini cukup berefek bagiku yang dibesarkan oleh
keluargaku dengan sederhana. Aku tidak pernah dimanjakan dengan hal-hal fancy,
aku tidak pernah diajarkan untuk hidup memenuhi gengsi. Hidup sederhana itu
mengajarkanku untuk mau tidak mau menerima apa yang aku punya. Walaupun kadang
ada keterpaksaan untuk menerima, dan kadang terbersit iri ketika memang sudah
terbiasa dengan hidup seperti itu, aku sampai sekarang merasa tidak harus menjalani
hidup di lingkungan sosial dengan gaya hidup tinggi. Berteman boleh dengan siapa saja, tapi tidak perlu sampai mengikuti
gaya hidup teman yang jauh di atas kemampuan kita.
Hal
lain yang bisa diterapkan dan mungkin cukup klise adalah, mengurangi
penggunaan media sosial. Hal yang benar-benar bekerja padaku, terutama Instagram.
Aku pernah kurang lebih enam bulan tidak membuka instagramku, saat itu aku
tidak pernah memiliki kekhawatiran, tidak pernah merasa ingin sesuatu yang
dimiliki temanku, tentunya karna aku tidak melihat apa yang mereka miliki yang
biasa ditampilkan di Instagram. Karna jujur, ketika aku membuka Instagram pasti
akan muncul sedikit rasa iri dan keinginan untuk memiliki apa yang orang lain
miliki, yang kadang memang tidak sesuai dengan kemampuan kita sendiri.
Jadi,
apakah aku sudah cukup bersyukur?