Halaman

Jumat, 27 Agustus 2010

Berandal-Berandal Kecil

     Mendengar kata “Berandal” pasti membuat kita beranggapan akan sifat-sifat buruk. Tapi bagi aku,justru berandal-barandal kecil yang sering kita lihat berkeliaran di sekolah kita saat pelajaran,nongkrong di kantin mengacuhkan guru di dalam kelas, maupun pergi keluar meninggalkan sekolah sekalipun!, merupakan penyemangat dan motivator dalam hidupku. Sungguh, baik motivator maupun penyemangat, keduanya merupakan kata yang mengartikan sifat-sifat baik, berbeda jauh dengan kata berandal yang cenderung terkait dalam hal-hal buruk.
     Mungkin kalian yang membaca ini akan bingung, kenapa aku bisa menyebut kalau berandal-berandal kecil itu merupakan penyemangat. Mereka sebenarnya sedang berusaha menunjukkan pada dunia, kalau itulah mereka! Tak selamanya mereka hanya menyusahkan. Bahkan, banyak orang yang termotivasi karenanya. Mereka menunjukkan kepada dunia, kalau itulah hidup mereka, hidup yang serba bebas, walaupun mereka melakukan itu semua untuk mendapat perhatian. Tapi, karena itu, aku jadi ingin seperti mereka! Hidup bebas, tanpa merasa terkekang, tanpa ada tekanan! Mereka bebas memakai rok mini, bebas berdisko-ria sampai larut malam, bebas mengecat warna rambut sesuka hati, dan kebebasan lain yang mereka miliki! Tapi, aku tidak akan memetik sisi negatif dari mereka, aku hanya ingin menunjukkan sisi positif mereka.
     Akan kukutip sedikit dari novvel yang pernah aku baca. Mungkin novel merupakan cerita fiksi, tapi isinya bukanlah fiksi! Isinya sangatlah bermanfaat. Dari novel yang pernah aku baca, seorang tokoh yang sangat pandai, tetapi tidak bisa bergaul, tertarik ingin menjadi tokoh lain yang diceritakan merupakan anak berandal. Alasan kenapa anak pandai itu ingin seperti anak berandal:
1.  Dia menjadi anak pintar bukan karena dirinya, tapi karena keinginan ortunya
2.  Dia merasa anak berandal itu hidup bebas, dia tak ingin bebas yang kelewatan seperti anak berandal, tapi        dia hanya ingin hidupnya tidak selalu untuk belajar,belajar, dan belajar
3.  Anak berandal yang dia kenal itu pandai bergaul dan teman-temannya menyukainya walaupun dia berandal,      sedangkan anak yang pintar itu sama sekali tidak bisa bersosialisasi
4.  Dia ingin hidupnya sedikit saja bebas, tidak selalu berada dalam bayang-bayang kedua orangtuanya
5.  Dia ingin melakukan sesuatu karena dirinya sendiri, bukan karena orang lain
     Itulah, beberapa alasan kenapa aku mengagumi “berandal-berandal kecil” pengacau sekolah, karena dengan menjadi mereka, kita bisa sedikit lebih bebas! Tanpa kungkungan dari orang lain!!!! 




NB : alasan-alasan tadi aku ambil dari sebuah novel teenlit berjudul “sHe” karya Windhy Puspitadewi. Aku terinspirasi untuk membuat artikel ini juga karena membaca novelnya

Senin, 05 Oktober 2009

Tulisan Pertamaku [edited]

Bangsri, 2 Oktober 2009
Buat sahabatku,
Amelia
di Semarang



Salam persahabatan,
Hai, Amel! Bagaimana kabarmu? Semoga baik ya, karena aku di sini baik-baik saja.
Amel, liburan akhir tahun nanti aku ingin berkunjung ke rumahmu, apakah kamu ada waktu dan bersedia? Aku libur mulai tanggal 20 Desember 2009 hingga 1 Januari 2010. Di sana nanti aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke Toko Buku Gramedia dan Lawang Sewu. Kamu juga bisa mengajakku ke tempat lain di Semarang. Kalau kamu bersedia, beritahu aku kapan aku bisa berkunjung ke rumahmu, ya! 
Sekian dulu suratku, balasan darimu sangat kunantikan.

                                                                                                                                                                   Salam manis,

                                                                                                                                                                           Arn

Edited [10/01/2020]

Ini adalah tulisan pertamaku saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, tepatnya di tahun pertama, saat aku dengan sangat antusias belajar mengenai blogging yang diajarkan dalam materi tambahan komputer dan di sekolahku. Materi tambahan yang diajarkan ini mengantarku menyelami dunia blogging, menuntunku menyalurkan hobi yang saat itu menurutku menyenangkan, menulis. Menemani masa-masa penuh dengan rasa penasaran saat itu, aku membeli sebuah buku mengenai serba serbi bloggingmempelajarinya dan mencoba berbagai template unik yang disediakan oleh blogger yang sekarang bagiku mungkin nampak berlebihan dan cringe. Karena itu aku tidak ingin menghapus tulisan ini, mahakarya sederhanaku yang pada akhirnya (saat ini) membuatku kembali (kepada hobi lamaku) dan mengingatkanku kepada keseruan-keseruan yang kutemukan dari menulis.
Sekian.

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...