Bulan Oktober, story dan timeline Instagram penuh dengan acara pernikahan. Sebenarnya sudah
mulai sejak Agustus, kemudian September, hingga puncaknya Oktober. Banyak
undangan dikirimkan. Membuatku resah. Membuatku betanya-tanya, ternyata yang
seumuranku banyak juga yang nikah. Jadi pengen.
Tentunya aku sudah punya target
untuk menikah dalam tiga hingga lima tahun mendatang. Tapi melihat orang-orang
disekelilingku yang sudah melangsungkan pernikahan membuatku iri. Wajar bukan?
Tapi setelah dipikirkan lagi,
sepertinya menjalani kehidupan sesuai dengan rencana adalah yang terbaik.
Sekarang belum waktunya untukku menikah. Aku pun mencoba mengingat kembali
prinsip yang ingin kupegang kuat-kuat, aku harus memiliki pekerjaan tetap
terlebih dahulu dan menabung untuk menikah. Sedangkan sekarang, aku masih
pengangguran. Aku belum siap untuk menikah, secara finansial.
Aku juga sudah memiliki rencana,
jika aku sudah bekerja dan hidup mandiri nanti aku ingin memasak tiap hari.
Agar kelak jika aku menikah, aku bisa memasak untuk suamiku. Klise, tapi aku
benar-benar ingin melakukannya. Selain itu, memasak sendiri akan jauh lebih
hemat dibandingkan membeli makanan di luar. Yah, ternyata memang belum siap
menikah. Masih banyak yang perlu dipelajari dan diperbaiki.
Aku tidak ingin membicarakan
kesiapan fisik dan mental karena menurutku fisik dan mentalku sudah siap untuk
menikah. Aku justru ingin membahas, betapa tidak bersyukurnya aku. Alih-alih
iri dengan posting-an di Instagram,
seharusnya aku bersyukur setidaknya aku sudah punya planning untuk kehidupanku beberapa tahun mendatang. Aku sudah bisa
merencanakan apa-apa yang ingin kulakukan jika aku nanti menikah sehingga aku
bisa mempersiapkan semuanya sedari sekarang. Selain itu, harusnya aku juga bersyukur
aku sudah memiliki pasangan yang bisa diajak untuk mendiskusikan perihal
tersebut.
Ah, sepertinya ini teguran untukku. Aku terlalu
lama dan terlalu sering bermain Instagram. Padahal dulu aku pernah berhasil
enam bulan tidak membuka Instagram dan hidupku terasa sangat tenang. Mungkin
ini saatnya untuk mengurangi intensitas penggunaan Instagram, dan melakukan hal
lain yang jauh lebih bermanfaat. Tentunya, aku juga harus lebih bersyukur dan nerimo dengan segala
hal yang terjadi padaku dan menjalaninya dengan sepenuh hati sembari
mempersiapkan segala hal untuk mencapai tujuan hidup yang kudambakan.