Halaman

Sabtu, 07 November 2020

hubungan

Aku sudah tiga tahun menjalani hubungan jarak jauh alias long distance relationship. Apakah menyenangkan? Tentu. Jadi, nggak ada sedihnya? Oh, tentu ada. Selalu ada bahagia dan sedih, senang dan susah di setiap hubungan. Begitu pun dengan aku. Tapi pahit manis suatu hubungan itulah yang justru membuat hubungan menjadi lebih berwarna dan tentunya menjadikan pribadi masing-masing menjadi berkembang lebih baik, bukan?

Komunikasi sudah pasti menjadi kunci agar hubungan berjalan dengan baik. Komunikasi yang kurang baik tentunya bisa membuat suatu hubungan mengalami kesalahpahaman dan ketidak-harmonisan. Dalam berkomunikasi, menurutku dibutuhkan kedewasaan dan kebesaran hati, serta kesadaran untuk saling menekan ego masing-masing. Kadang kita bisa tidak setuju dengan pendapat orang lain, termasuk pasangan kita sendiri. Apabila kita berbesar hati untuk menerima pendapat orang lain yang berbeda dengan kita tentunya kita tidak akan dengan mudah menghakimi, sehingga harapannya bisa mencari jalan tengah dan kesepakatan dengan kepala dingin, bukan dengan perasaan yang tidak enak di antara satu sama lain. Kita semua tentu juga tahu, keputusan yang diambil dalam keadaan emosi selalu adalah keputusan yang salah.

Lalu, apa yang bisa dilakukan jika dalam suatu hubungan terjadi masalah? Prinsipnya sama dengan prinsip komunikasi yang sudah kutuliskan di atas. Harus ada kebesaran hati untuk menekan ego masing-masing, dan jangan pernah membuat keputusan di saat sedang emosi. Selain itu, kita harus mengingat kembali tujuan awal hubungan kita. Aku tidak ingin membahas bila hubungan yang dijalin masih main-main dan belum serius. Namun bila suatu hubungan sudah didasari komitmen untuk serius dan siap menjalani bersama, apabila ada masalah yang datang tentu harus berusaha menyelesaikannya, dan mengingat komitmen yang disepakati sejak awal. Apabila salah satu emosi, tentunya pihak lainnya harus bisa menekan ego dan sebaliknya. Karena bila keduanya tidak ada yang mau mengalah tentu akan lelah.

Hubungan jarak jauh mempunyai tantangan tesendiri karena komunikasi tanpa tatap muka lebih tidak mudah dibanding dengan komunikasi yang dilakukan secara langsung. Ketika kita bertatap muka dengan orang yang kita ajak berkomunikasi, kita bisa melihat raut wajah dan ekspresi serta gestur tubuh mereka, sehingga kita juga bisa menilai perasaan dan emosi yang tertuang sebenarnya. Saat kita berjauhan, kesalahpahaman dalam berkomunikasi bisa terjadi karena kita tidak bisa menilai ekspresi lawan bicara kita, bagaimanakah perasaan yang sebenarnya.

Hal yang perlu kita lakukan dalam berkomunikasi jarak jauh tentunya adalah jujur dan terbuka. Sehingga walaupun kita tidak bisa menunjukkan ekspresi dan raut wajah kita kepada lawan bicara kita, semua perasaan kita dapat tersampaikan dengan jujur dan apa adanya. Setidaknya kita mencurahkan seluruh ekspresi dan perasaan kita lewat tulisan atau suara, sehingga lawan bicara kita juga bisa mendapat gambaran menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Kalau info yang diterima hanya setengah-setengah, kesimpulan yang diambil pastinya akan kurang tepat, bukan? Itulah yang bisa memicu kesalahpahaman.

Sejak awal menjalin hubungan, aku sudah terpisah jarak. Aku dan pasanganku bisa bertahan selama tiga tahun tentu tidak mudah. Kami hanya bertemu setidaknya sekali dalam sebulan, itu pun tidak dalam waktu lama. Namun sedari awal, pasanganku selalu menekankan dan mengajarkanku untuk jujur dan terbuka. Apabila ada hal yang mengganggu, kami selalu membicarakannya dan berusaha untuk menyelesaikannya. Karena apabila masalah itu dibiarkan berlarut-larut akan memperburuk hubungan kami, apalagi kami hanya bisa menyelesaikannya secara jarak jauh.

Menjadi jujur dan terbuka adalah hal yang baru untukku. Aku bukan orang yang bisa dengan mudah menceritakan segala keluh kesah, sambatan dari lubuk hati terdalam, hingga menunjukkan dark side-ku kepada orang lain, bahkan bisa dibilang tidak pernah sampai aku bertemu pasanganku kali ini. Aku, kepada pasanganku yang lalu-lalu tidak pernah bisa terbuka padahal kami bahkan bisa saling bertemu langsung. Kadang ada kebohongan-kebohongan kecil antara aku dan pasangaku terdahulu. Tapi sekarang, aku sama sekali tidak bisa menyembunyikan apapun dari pasanganku. Justru aku yang merasa perlu dan selalu ingin berbagi cerita dan segala keluh kesahku padanya, mulai dari yang serius hingga hal-hal tak penting sekalipun. Semuanya melalui proses panjang hingga aku di tiitk ini. Tapi satu hal yang pasti, keterbukaan dan kejujuran yang diajarkan dan ditanamkan oleh pasanganku kepadaku benar-benar membuatku menjadi lebih baik, aku bisa mengeluarkan segala uneg-unegku, dan tentunya hal tersebut menguatkan hubungan kami.

Tak bisa dipungkiri, dalam suatu hubungan kita tetap perlu bertatap muka. Hal kedua, hubungan itu diusahakan bersama, tidak bisa pasrah menerima keadaan dan menunggu. Dua kunci itu kami pegang, karena itu aku selalu mengupayakan untuk tetap bertemu walaupun tidak lama dan tidak sering. Hal yang pelru disyukuri karena kami hanya dipisahkan kota, sehingga pertemuan masih bisa diusahakan. Kadang aku yang mengunjunginya, kadang juga sebaliknya. Tergantung situasi, tapi kuncinya adalah tetap harus diusahakan bertemu dan menghabiskan waktu bersama.

Lagi-lagi seperti di tulisan-tulisanku sebelumnya, jangan lupa untuk bersyukur. Bersyukur karena bisa bertahan hingga sekarang, berarti banyak hal baik yang telah terjadi dan tentunya akan lebih banyak lagi hal baik nantinya bila kita bisa bertahan dan terus berproses memperbaiki diri bersama. Bersyukur, karena walaupun kita punya flaws, pasangan kita masih tetap bertahan dan menerima kita hingga kita di titik ini. Kalau sudah bersyukur pastinya kita akan banyak berterima kasih pada diri kita dan pasangan karena sudah ada dan bertahan hingga sekarang. Dengan bersyukur juga kita akan lebih menerima satu sama lain dan diri sendiri. Aku, masih belajar, tapi dengan tulus selalu bersyukur dan berterima kasih atas segala hal baik yang kudapatkan yang bisa kujadikan kenangan indah, dan tak lupa kepada hal buruk yang pernah terjadi yang bisa menjadi pelajaran ke depannya.

Aku pun sampai sekarang masih terus belajar untuk menjaga dan membangun hubungan bersama pasanganku. Belajar untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, kepada semesta yang mempertemukan kita, kepada pasanganku atas segala perhatian dan penerimaannya sejauh ini, dan kepada diriku sendiri yang mau berproses dan berkembang menjadi lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...