Halaman

Sabtu, 09 April 2011

Teman Bandel Nggak Harus Dijauhi (Oleh : Mitsaq Addina Nisa)

Bukanlah hal yang aneh lagi jika di setiap sekolah terdapat siswa yang bandel. Tak jarang siswa-siswa yang bandel itu dipandang sebelah mata oleh temannya atau mungkin juga gurunya, bahkan dianggap hanya bisa membuat keonaran. Tingkah mereka aneh-aneh, ada yang bertingkah tidak sopan hingga membuat penat siapa saja yang mendengar sampai gaya berpakaian dan gaya berdandan yang tidak sesuai bagi pelajar. Tak jarang mereka dicap atau diberi label sebagai "anak yang tidak pantas didekati" karena hanya memberi dampak negatif atau pengaruh buruk bagi siswa lain.

Tak sepenuhnya benar jika siswa yang dianggap bandel hanya menimbulkan masalah. Terkadang mereka justru dapat melakukan hal-hal hebat yang tidak pernah terduga sebelumnya. Misalnya anak-anak seperti ini justru berani mengambil resiko yang tidak mampu dihadapi anak-anak biasa. Tak jarang juga anak-anak kategori ini memiliki tingkat kepekaan yang cukup tinggi untuk membantu teman-teman yang mengalami kesulitan, baik materi maupun yang lainnya.

Kita tak perlu takut terpengaruh oleh mereka. Terpengaruh atau tidak dengan sifat buruk tersebut, tergantung bagaimana kita bisa membawa diri dan seberapa teguh pendirian yang ada pada diri kita. Cara ini justru bisa membuat siswa bandel tersebut merasa dihargai, dan denga rasa itulah mereka akan berusaha menjadi lebih baik serta berusaha lebih menghargai orang lain. Karena tak jarang anak-anak bersifat nakal hanya untuk mendapatkan perhatian lebih dari lingkungan sekitar yang mungkin tidak mereka dapatkan di lingkungan keluarganya. Faktor lain, adalah karena banyaknya masalah yang ada di lingkungan keluarga sehingga mereka pun melampiaskan masalah itu dengan berbuat keonaran. Karena itulah, anak-anak dalam kategori di atas justru harus didekati. Mengapa? Karena sekali lagi dengan pendekatan inilah yang membuat mereka merasa diterima, merasa nyaman dan mereka pun mulai bersedia mengungkapkan permasalahan yang menimpa mereka sehingga mereka tidak perlu melampiaskan kemarahan mereka pada hal-hal yang negatif. Cukup beri mereka perhatian, kesempatan untuk berubah, dan tips-tips yang bisa membuat mereka menuju arah yang lebih positif. Tentunya diperlukan sikap yang ekstra hati-hati dalam memberikan nasihat dan tips ini, sehingga mereka tidak tersinggung. Jadi, mengapa kita harus menjauhi mereka jika kita bisa membuat mereka lebih baik?

Sebenarnya bukan hanya siswa bandel yang seharusnya dianggap bermasalah. Banyak juga kok siswa yang berlabel "baik-baik" namun bermasalah. Ironisnya mereka hanya memendam semua masalah yang mereka miliki, dan tak jarang akhirnya anak-anak ini berbuat nekat.

Kita dituntut selalu peka dengan lingkungan sekitar. Peran keluarga, dan guru sebagai orangtua di sekolah memang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Namun peran teman tak kalah penting dalam memperbaiki atau menuntun sesamanya agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif.

Tentunya kita tak asing lagi dengan pepatah ini, "Don't judge a book by it's cover, jangan menilai buku dari sampulnya", karena kita baru akan mengetahui bagaimana baik buruknya isi buku itu jika kita telah membacanya. Begitu halnya dengan teman atau orang di sekitar kita yang kita anggap bandel. Kita baru dapat mengetahui apa keinginan mereka sebenarnya bila kita mau sedikit memahami pribadi mereka. Akan lebih baik lagi apabila kita juga dapat membantu mengarahkan mereka pada hal-hal baik atau kelebihan yang tidak disadarinya. Tetapi satu hal yang harus kita ingat, jangan sampai kita terbawa arus mereka. Kalaupun kita tidak berhasil mengubahnya, toh kita tidak rugi. Paling tidak kita dapat mengambil pelajaran untuk diri kita sendiri dari apa yang mereka alami.




Artikel ini aku copy-paste dari Kak Nisa dan sudah atas ijin yang bersangkutan
Artikel Terkait  :
Resiko Orang Cantik (Oleh:Mitsaq Addina Nisa)
Berandal-Berandal Kecil

Sabtu, 26 Februari 2011

Degrees of Comparison


     1.      Positif (sederajat)
è ...... + as + adjective + as + ...... (for 1, 2, or more than 2 syllables)
Ø  Glory is as clever as Ragil
Glory sama pintarnya dengan Ragil
Ø  Della is as beautiful as Winy
Della adalah gadis yang sama cantik dengan Winy
Ø  Winy is as small as Della
Winy sama kecilnya dengan Della
     2.      Comparative (lebih)
è ...... + adjective-er + than + ...... (for 1 or 2 syllables)
Ø  Fakhrul is taller than Bayu
Fakhrul lebih tinggi dari Bayu
(*) tall has 1 syllables
è ...... + more +adjective + than + ...... (for more than 2 syllables)
Ø  A white pen’s costs more exspensive than the black one
Harga bolpoin putih lebih mahal daripada bolpoin hitam satunya
(*) exspensive has 3 syllables {more than 2}
     3.      Superlative (paling)
è ...... + the + adjective-est + ...... (for 1 or 2 syllables)
Ø  Fakhrul is the tallest student in this class
Fakhrul adalah murid tertinggi di kelas ini
(*) tall has 1 syllables
è ...... + the +most + adjective + ...... (for more than 2 syllables)
Ø  The white pen’s costs is the most expensive pen’s costs in the shop
Harga pensil putih adalah harga bolpoin yang paling mahal di toko itu
(*) exspensive has 3 syllables {more than 2}

Jumat, 11 Februari 2011

No Title


Maggie. Yups, itulah aku. Cewek manis kelas 9C, begitu kata teman-temanku. Sebentar lagi, Valentine Day. Hari yang untuk sebagian remaja begitu penting, termasuk bagi para sahabatku, Salva, Stacy, Ferent, dan Mack. Ferent adalah pacar Salva, sedangkan Stacy bersama Mack. Banyak persiapan telah mereka lakukan untuk menyambut hari kasih sayang tersebut. Ferent sibuk mencari jass untuk ngedate dengan Salva. Begitu pula Salva, yang setiap pulang sekolah kutemani dengan Stacy mencari ­nightdress, tapi tidak juga menemukan pilihannya. Stacy dan Mack merayakan Valentine dengan konsep berbeda. Mereka ingin merayakan Valentine dengan saling memberi kado, dan menjamu para sahabatnya, yaitu aku, Salva, Ferent, dan Oland. Aku sangat mendukung Stacy dan Mack, karena aku juga ikut diuntungkan dengan jamuan makan malamnya besok Minggu, malam valentine. Tapi, aku benar-benar menentang Salva dan Ferent. Gara-gara mereka merayakan Valentine dengan acara ngedate, aku jadi direpotkan dengan harus menemani Salva mencari nightdress, seperti siang ini.
“Gi, temenin Vava ya! Cari nightdress lagi, Vava udah tau butik tempat jual nightdress yang bagus! Ajak Stacy juga, ya!”, kata Vava saat menemuiku di kantin.
“Aduh Vava, kamu ini ya! Tiap hari cari nightdress, tapi nggak pernah ada yang kamu beli.”, kataku.
“Yah, nanti Vava milih deh! Ya Gi, please temenin Vava.”, rayu cewek imut itu setengah memaksa.
“Oke deh, aku kan nggak punya pilihan buat nolak.”, jawabku pasrah.
Ya begitulah, Vava selalu berkata “akan membeli”, tapi itu tidak akan pernah terjadi selama belum tanggal 13 Februari. Sejak tanggal 1 Februari! Sampai hari ini, tanggal 11 Februari! Sedangkan aku dan Stacy, hanya bisa pasrah menuruti kemauannya.
Setelah dari kantin, kami berpisah di depan kelas Salva, di kelas 9A. Kemudian aku berjalan menuju kelasku, dan memberitahu Stacy untuk ikut menemani Salva ke butik.
“Stac, ntar ke butik.”, kataku.
Dengan mudah Stacy memahami maksudku karena kebiasaan kita pergi ke mall dan butik mencari nightdress untuk Salva.
“Mm, nanti sekalian mampir mall ya! Aku mau cari kado buat Mack.”, balas Stacy.
“Huft, Salva cari nightdress, kamu cari kado, aku cari apa?”, keluhku.
“Tau, cari aja kado buat Oland!”, kata Stacy tanpa dosa.
“Hah, Oland? Kamu ini ya, Oland mulu! Nggak bosen apa?!”, bentakku.
“Ah, udah deh! Gausah muna gitu kenapa sih?”, ledek Stacy.
“Hey, cewek cewek!”, teriak Ferent mengageti.
“Mm, dari mana lu?”, tanya Stacy.
“Biasa, dari cowok kalian.”, jawab Ferent.
“Hey, emang Stacy punya cowok, tapi enggak dengan aku! Aku nggak punya cowok!”, sahutku.
“Lha terus, Oland itu siapamu?”, tanya Ferent dengan nada meledek.
“Mm, sahabatku!!”, jawabku enteng.
“Alah sok-sokan, kakak tercinta dan adek tercinta gitu, haha.”, ledek Er lagi.
Akhirnya peledekan pun terjadi. Yah, keempat sahabatku memang sering mengejekku dengan Oland. Memang, setelah lama kami bersahabat, dan keempat sahabat kami saling pacaran, aku akhirnya menyadari kalau aku ada perasaan dengan Oland. Dan baru-baru ini, Ferent berkata kalau Oland juga ada rasa padaku. Sejak itulah mereka mulai mengejekku dan Oland.
Sepulang sekolah, aku, Stacy, dan Salva pergi ke butik mencari nightdress untuk Salva.
“Hey, gaunnya bagus!”, pekik Salva.
“Yaudah, ambil aja! Habis ini kita ke mall, ya! Aku mau cari kado buat Mack.”, timpal Stacy.
“Mm, tapi warnanya kurang pas, mau liat-liat dulu!”, celetuk Salva.
Aku dan Stacy hanya bisa saling berpandangan. Aneh sekali tingkah sahabatku yang satu ini.
Setelah hampir dua jam berkeliling, seperti biasa Salva tidak jadi membeli nightdress. Kami pun segera menuju mall yang ada di dekat butik. Sesampainya di mall, kami mampir ke cafee untuk mengisi perut kami yang sedari tadi masih kosong.
“Eh, Gii bakal valentinenan sama siapa?”, celetuk Salva.
“Ya jelas sama Oland, lah.”, sahut Stacy.
“Ih, dasar kamu ini Stac!”, kataku seraya menjitak Stacy.
“Haha, nggak apa-apa lah. Tapi Gii emang cocok kok sama Oland, lagian di antara kita-kita yang belum pacaran kan Cuma Gii sama Oland. Yaudah, pacaran aja kalian sana.”, kata Salva menimpali.
Tak berapa lama kemudian aku melihat sosok Oland.
“Eh, itu Oland kan?”, kataku.
“Waduh, si Oland diingat-ingat nih.”, ledek Stacy.
“Ih, emang bener kok! Nah, itu tuh!”, kataku menunjuk sosok Oland.
“Eh, iya! Emang bener! Nah loh, ada Ferent sama Mack juga tuh!”, sahut Salva.
“Eh, cewek-cewek ke sini kok pada nggak ngajak sih?”, kata Ferent setelah melihat kami.
“Nah loh, bukannya gamau ngajak, tapi kebetulan aja pengin mampir.”, balas Salva.
“Haha, kalian pada mau ngapain di sini?”, tanyaku.
“Mm, liat-liat aja.”, jawab Ferent.
“Jalan yuk!”, ajak Mack kemudian.
“Yah, kalian enak! Jalan ada pasangannya, aku sama siapa?”, tanyaku kemudian.
“Tuh!”, kata mereka berempat serempak sambil menunjuk ke arah Oland.
“Ah, taulah! Kalian ini!”, kata Oland dengan pasrah.
Kemudian kami pun jalan keliling mall lihat-lihat. Ferent-Salva dan Stacy-Mack sudah berjalan. Tinggal aku dengan Oland. Kami hanya berjalan dalam diam. Tanpa bicara sedikitpun karena saling salting. Sampai akhirnya, canggung juga rasanya jalan bareng tapi nggak ngobrol.
“Mm, Ol.”, kataku.
“Eh, iya, Gii?”, balasnya.
“Hehe. Mm, tadi kok kalian ke sini, pada mau apa sih?”, tanyaku basa basi.
“Oh, pada cari kado valentine. Aku sih Cuma nganterin.”, jawab Ol seadanya.
“Oh.”, jawabku singkat.
“Kalo Gii, tadi ke sini ngapain?”, tanya Ol balik.
“Mm, sama! Nganter Stac sama Va nyari kado buat cowoknya, terus mampir aja ngisi perut di cafee. Hehe.”, jawabku.
Di lain tempat,
“Eh, kapan sih mereka jadian?”, ujar Stac.
“Tau! Sebentar lagi paling?”, balas Er.
“Huh. Lama banget nungguin mereka?”, sambung Va.
“Kita harus membantu membuat mereka jadian!”, sahut Mack.
Setelah lama muter-muter mall, kami pun pulang. Dengan tangan hampa. Karena, para cowok datang. Padahal, rencananya aku, Stac, dan Va mau nyari kado buat Mack.
*skip*
13 Februari. Malam nanti adalah malam valentine, dan nanti malam kami akan makan malam di rumah Stacy. Stac sudah mendapatkan kado untuk Mack, kemarin sepulang sekolah. Sepasang liontin emas yang di dalamnya terdapat foto Stac dan Mack. Sedangkan Va, masih belum juga mendapatkan ngihtdressnya. Rencananya, nanti malam dia akan mengenakan nightdressnya tahun lalu. Dan untuk ngedatenya besok malam, dia akan mencari nightdress nanti, sepulang sekolah. Dan yang menyebalkan, sepulang sekolah ternyata dia kembali ke butik tempat kemarin kami mencari nightdress dan mengambil nightdress yang katanya warnanya kurang pas!
Malamnya,
Aku dijemput Va dan Er.
“Hey cepat, Mack dan Ol sudah di sana!”, kata Va menyuruhku lebih cepat.
“Iya, sebentar!”, balasku seraya mengambil tas dan kamipun segera menuju rumah Stac.
Rumah Stac bergaya Eropa Modern, dengan halaman belakang berupa taman yang bisa digunakan sebagai tempat pesta barbecue. Di rumah itu, hanya ada kami berenam. Karna Stac adalah anak semata wayang dan ortu Stac sedang pergi ke luar kota. Tidak ada pembantu di rumah itu. Stac hidup mandiri.
Kami pun segera makan malam. Stac sengaja menyusun enam kursi yang saling berhadapan dan masing-masing dipisah. Stac dengan Mack, Va dengan Er. Jadi, terpaksa aku harus duduk berhadapan dengan Ol.
“Mm, makanannya, enak!”, kata Ol mengawali.
“Mm, iya!”, jawabku seadanya.
Kami pun makan dalam diam. Sampai akhirnya, aku berkesempatan untuk bicara padanya.
“Ol", kataku.
“Iya?”, jawabnya.
“Aku mau bilang sesuatu”, kataku.
“Ya?”, balasnya.
“Aku tahu, kamu sudah tahu kalau aku suka sama kamu. Dan, emm. Er bilang, kalau kamu juga suka sama aku. Mm, aku tidak mau bangga akan itu. Aku hanya ingin, kita, melanjutkan hubungan kita sebagai sahabat. Tapi, sahabat yang saling menyayangi. TTM, mungkin? Mm, maaf. Kalau aku agak blak-blakan.”, kataku panjang lebar mengeluarkan semuanya.
“Mm, mungkin dari sms yang sering aku kirimkan kepadamu, kamu juga merasakannya. Aku, mm, tidak apa-apa kalau kita TTMan, kan?”, balas Ol.
Aku pun tersenyum, dan Ol pun menggenggam tanganku. Tiba-tiba,
“Ehhemm..”
“Ada yang jadian nii, yee...”
Yah, mereka meledekku lagi.
The End
Tak ada yang lebih indah, daripada PERSAHABATAN. Aku harap, persahabatan kita seperti keenam sahabat itu. 

Kamis, 03 Februari 2011

Resiko Orang Cantik (Oleh: Mitsaq Addina Nisa)

   Masa remaja memiliki banyak dinamika dibandingkan siklus kehidupan lainnya. Dari segi fisik, kecantikan, atau kegantengan seringkali menjadi perhatian utama dalam masa ini. Kelebihan inilah yang sering dibangga-banggakan, bahkan disalahgunakan. Banyak remaja yang bangga dengan kelebihan fisik mereka dan justru tidak berhati-hati menjaga kelebihan ini. Padahal dengan ketdiakhati-hatian mereka ini justru bisa saja membawa dampak buruk ke depannya, terutama untuk remaja cewek. Kenapa cewek? Karena secara fisik, cewek itu memang diciptakan lebih menarik sekaligus lebih lemah daripada cowok. Itu sebabnya cewek lebih beresiko dari segi manapun bila dibandingkan dengan cowok.
   Cantik itu anugerah, anugerah yang tentunya harus disyukuri. Sering kita mendengar guyonan, "yah, begitulah reesiko orang cantik!", saat mendapati teman cewek digoda bahkan ditaksir beberapa cowok. Bila kita renungkan, guyonan seperti itu tentulah bukan sekedar guyonan semata, namun sebagai peringatan atau teguran bahwa cantik bukan hanya kebanggaan tetapi sebenarnya cantik itu justru lebih beresiko apalagi jika tidak dibarengi dengan kehati-hatian dalam bergaul, berpakaian, ataupun bertutur kata.
   Seseorang yang dikatakan cantik, secara sadar ataupun tidak, setiap tingkahnya tentulah menjadi pusat perhatian. Diam saja menjadi sorotan, apalagi bertingkah yang berlebihan, pasti lebih disorot lagi. Menyadari kelebihan berarti menanamkan sikap hati-hati dalam melangkah. Cantik akan mempesonakan banyak orang, itu berarti memungkinkan banyaknya resiko, lebih-lebih bila dimanfaatkan untuk hal negatif. Hati-hatilah terhadap orang di sekitar kita. Karena tidak hanya orang-orang yang baik, tetapi ada juga yang akan memanfaatkan untuk kepentingan dirinya sendiri semata.
   Kecantikan secara lahiriah banyak kita jumpai, namun kecantikan yang sebenarnya adalah kecantikan yang bersumber dari hati. Apalah arti wajah yang cantik bila tingkah laku dan tutur kata tidak menyenangkan bahkan membuat orang-orang di sekitar tidak nyaman.
   Banyak kasus yang terjadi, kelebihan (cantik) yang tidak didasari prinsip yang kuat mengabitkan mudahnya seseorang masuk ke dalam perangkap tipu daya, sehingga hanya penyesalan yang ada nantinya. Oleh karena itu, jadikanlah kecantikan sebagai perhiasan dan jangan sampai jadi malapetaka dan berujung penyesalan. Jangan justru karena kecantikan menjadikan terpuruk dalam kegiatan belajar di sekolah bahkan harus putus sekolah di tengah jalan. Yah, mungkin karena terjadi "sesuatu" mengharuskan meninggalkan teman-teman, meninggakan masa remaja, dan meninggalkan suasana sekolah yang sangat menyenangkan. Kita dapat berkaca dari pengalaman orang lain. Bukankah pengalaman bisa didapat tanpa harus mengalami sendiri? Selanjutnya jadikanlah kalimat "resiko orang cantik" sebagai nasihat yang selalu mengingatkan bahwa cantik itu memang betul-betul beresiko bila tidak berhati-hati.


Artikel ini aku Copy-Paste dari Kak Nisa dan sudah atas ijin yang bersangkutan.

Minggu, 23 Januari 2011

Majas (Gaya Bahasa)

Majas adalah cara khas seseorang dalam menyampaikan pikirannya atau idenya kepada orang lain menggunakan bahasa.
Menurut Henry Guntur Tarigan seorang Ahli Bahasa, majas dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :
  1. Majas Perbandingan
  2. Majas Pertentangan
  3. Majas Pertautan
  4. Majas Perulangan
Di sini kita akan mempelajari sebagian dari kelompok majas-majas tersebut.

     1.     Majas Perbandingan
a.   Majas Personifikasi
Majas yang menganggap benda mati / bukan manusia yang dapat berbuat seperti halnya manusia atau memiliki sifat seperti yang dimiliki manusia.
Contoh      : Peluru mengejar-ngejar dada musuh.
                    Bolpoin itu menari di atas kertas.
                    Pohon nyiur melambai ditiup angin.
b.   Majas Perumpamaan
Majas yang membandingkan dua hal yang berlainan yang mempunyai sifat sama. Biasanya dalam membandingkan menggunakan kata-kata perbandingan (seperti, laksana, bagai, umpama, andaikan, bak).
Contoh      : Persahabatannya seperti anjing dan kucing.
                    Kehidupannya bagai telur diujung tanduk.
                    Pendiriannya bagai air di atas daun talas.
c.   Majas Metafora
Majas yang membandingkan secara langsung terhadap dua hal yang berlainan, tapi dianggap sama.
Contoh      : Pemuda adalah tulang punggung bangsa.
                    Buku merupakan gudang ilmu.
d.     Majas Alegori
                   ·    Majas Alegori I
             Majas yang erat hubungannya dengan cerita berlambang (fabel).
             Contoh    : Kelicikannya mengingatkan aku cerita si kancil.
                   ·    Majas Alegori II
            Majas yang mengungkapkan beberapa kejadian/peristiwa yang kejadian itu satu 
            dengan yang lain tidak dapat dipisahkan bahkan membentuk satu kesatuan.
            Contoh    : Kesulitan yang ditemui suami istri itu diumpamakan topan dengan badai.
                              Kehidupan yang dialami diumpamakan nahkoda dengan juru mudi.
     2.     Majas Pertentangan
a.   Majas Hiperbola
Majas yang melukiskan keadaan/peristiwa secara berlebih-lebihan tujuannya untuk menegaskan arti.
Contoh      : Badannya kurus, kulit membalut tulangnya.
                    Ia bekerja membanting tulang, memeras keringat, memutar otak.
b.   Litotes
Majas yang mengungkapkan keadaan yang berlawanan artinya dengan keadaan yang sebenarnya tujuannya untuk merendahkan diri.
Contoh      : Makanlah dengan garam saja.
                    Mampirlah ke gubuk saya.
c.   Ironi
Majas yang mengungkapkan keadaan yang berlawanan artinya dengan keadaan yang sebenarnya tujuannya untuk menyindir secara halus.
Contoh      : Bagus benar tulisanmu bagus sekali sehingga sulit dibaca.
                    Kopi ini manis sekali, gula mahal, iya?
d.   Sarkasme
Majas yang mengungkapkan sindiran secara kasar.
Contoh      : Muak aku melihat tampangmu.
                    Kelakuanmu memang anjing.
e.   Antitesis
Majas pertentangan yang pertentangan itu dinyatakan langsung dalam kalimatnya.
Contoh      : Besar kecil, tua muda, semua berbondong-bondong ke lapangan.
                    Kaya miskin seseorang tidak mempengaruhi sifatnya.
f.    Paradoks
Majas pertentangan/perlawanan yang pertentangan itu bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya.
Contoh      : Ia merasa kesepian di tengah keramaian kota.
                    Ia merasa terhimpit di antara harta yang melimpah.
g.   Klimaks
Majas yang menunjukkan keadaan semakin lama semakin meningkat/tinggi.
Contoh      : PKn diajarkan sejak SD, SMP, SMA, dan di Perguruan Tinggi.
h.   Anti Klimaks
Majas yang mengungkapkan keadaan/pernyataan dari yang tinggi ke yang rendah.
Contoh      : Jangankan seribu, seratus, bahkan serupiah pun aku tak punya.
     3.     Majas Pertautan
a.   Majas Metonemia
Majas yang menggunakan sebuah nama yang nama tersebut bertaut dengan benda/orang sehingga dapat menggantikan benda yang dimaksudkan.
Contoh      : Ibu ke pasar naik bebek (bebek yang dimaksud adalah motor bebek).
                    Adik memakai bata (bata yang dimaksud adalah merk sepatu).
                    Adik menulis dengan pilot (pilot yang dimaksud adalah merk bolpoin).
                    Khairil Anwar banyak dibaca masyarakat (Khairil Anwar yang dimaksud 
                    adalah buku karangan Khairil Anwar).
b.   Majas Sinekdoke
Majas yang menyebutkan sebagian/seluruhnya mengenai suatu benda.
a.   Sinekdoke Pars Prototo
Majas yang menyebutkan sebagian suatu benda tetapi yang dimaksudkan keseluruhan/seluruhnya.
Contoh            : Ayah membeli dua ekor kambing.
                          Ia tidak mau menginjakkan kakinya di sini.
b.   Sinekdoke Totem Pro Parte
Majas yang menyebutkan keseluruhan suatu benda tetapi yang dimaksudkan sebagian.
Contoh            : Kaum putri pada tanggal 21 April memperingati Hari Kartini.
                          Perang Dunia II berakhir pada tahun 1498.
c.   Majas Eufimisme
Majas yang menggunakan kata-kata yang dianggap lebih sopan, lebih halus, untuk menggantikan kata-kata yang dianggap kasar/tabu.
Contoh      : Ia barus saja keluar dari LP.
                    Karena ditinggal suaminya, ia agak kurang waras.
d.   Majas Alusio
Majas yang menggunakan kata ungkapan/peribahasa yang ditulis sebagian saja karena secara umum orang sudah mengetahui maksud dan kelanjutan peribahasa tersebut.
Contoh      : Hendaknya kita sedia payung dalam berbagai kegiatan.
                    Setiap usaha umumnya berakit-rakit ke hulu.
     4.     Majas Perulangan
a.   Majas Aliterasi
Majas perulangan (repetisi) yang mengulang pada huruf konsonan yang terjadi dalam baris atau kalimat.
Contoh      : Kuda kami kian kemari.
                    Bagai batu membesi benar.
b.   Majas Asonansi
Majas yang mengulang pada huruf vokal terjadi pada baris puisi atau kalimat.
Contoh      : Mati api di dalam hati.
c.   Majas Anafora
Majas yang mengulan pada kata awal dalam baris/kalimat.
Contoh      : Kamu bilang hidup ini berengsek, kamu bilang hidup ini tak berarti.
d.   Majas Epifora
Majas yang mengulang kata akhir dalam baris kalimat.
                      Contoh            : Selusin gelas ditumpuk tak pecah, selusin piring ditumpuk tak pecah.

Sabtu, 18 September 2010

Kutipan Dari Novel "sHe"

Ini adalah kutipan-kutipan yang menurut saya menarik dari novel "sHe" karya Windhy Puspitadewi

It's thrilling and definitely exciting (Itu mendebarkan dan pasti menarik).

Carpe Diem (latin:petiklah hari). Nggak usah mikirin apa efeknya di masa depan, yang penting nikmati hidupmu sekarang because it’s what being human is all about (karena itulah yang menjadikan semua tentang manusia).

We have to fight for our rights (Kita harus berjuang untuk hak-hak kita/kita harus memperjuangkan hak-hak kita).

Nikmati masa mudamu. Waktu tidak bisa diputar lagi. Jangan sampai kamu menyesal karena ada hal-hal yang hanya bisa dilakukan pada saat kamu masih muda.

Be part of it (jadilah bagian dari itu).

Tiga tahun bukan waktu yang singkat untuk bisa bertahan hingga hari ini. Bisa dikatakan kita telah berhasil memenangi pertempuran. Tapi ini bukan akhir perjalanan. Setelah kita lulus dari sekolah ini, masih ada pertempuran lain yang menunggu.

Setiap pertempuran pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Tapi usaha yang telah kita lakukanlah yang menentukan apakah kita layak disebut pahlawan atau tidak. Corazon Aquino pernah berkata, "You can never say, 'No, I can’t do this!'. True, you may not be able to do everything you take on, but you’ll undoubtedly accomplish some of it. That may not sound very heroic. But, believe me, from such a humble notion true heroism is born".

Kita tidak perlu melakukan apa yang dilakukan oleh 20 Heros Under 40 versi Majalah Time seperti Yagira Yuuya, Nigo, Butet Marunung, dan lain-lain agar dapat disebut pahlawan. Cukup lakukan apa yang ingin kita lakukan dengan sungguh-sungguh, itulah kepahlawanan yang sebenarnya. Jangan melakukan sesuatu demi orang lain, baik itu orangtua maupun sekolah kita. Tapi lakukan demi kita sendiri. Hidup kita, bukan orang lain yang menjalaninya. Setiap manusia pada dasarnya dan sepenuhnya adalah bebas. Jika kita melakukan sesuatu demi orang lain, kita pun akan menjadi orang lain itu.



Anda tidak dapat mengatakan, "Tidak, saya tidak bisa melakukan ini!". Benar, Anda mungkin tidak dapat melakukan semua yang anda ambil, tapi Anda pasti akan mencapai sebagian. Itu mungkin tidak terdengar sangat heroik. Tapi, percayalah, dari kepahlawanan gagasan sederhana yang benar lahir.

Jumat, 27 Agustus 2010

Berandal-Berandal Kecil

     Mendengar kata “Berandal” pasti membuat kita beranggapan akan sifat-sifat buruk. Tapi bagi aku,justru berandal-barandal kecil yang sering kita lihat berkeliaran di sekolah kita saat pelajaran,nongkrong di kantin mengacuhkan guru di dalam kelas, maupun pergi keluar meninggalkan sekolah sekalipun!, merupakan penyemangat dan motivator dalam hidupku. Sungguh, baik motivator maupun penyemangat, keduanya merupakan kata yang mengartikan sifat-sifat baik, berbeda jauh dengan kata berandal yang cenderung terkait dalam hal-hal buruk.
     Mungkin kalian yang membaca ini akan bingung, kenapa aku bisa menyebut kalau berandal-berandal kecil itu merupakan penyemangat. Mereka sebenarnya sedang berusaha menunjukkan pada dunia, kalau itulah mereka! Tak selamanya mereka hanya menyusahkan. Bahkan, banyak orang yang termotivasi karenanya. Mereka menunjukkan kepada dunia, kalau itulah hidup mereka, hidup yang serba bebas, walaupun mereka melakukan itu semua untuk mendapat perhatian. Tapi, karena itu, aku jadi ingin seperti mereka! Hidup bebas, tanpa merasa terkekang, tanpa ada tekanan! Mereka bebas memakai rok mini, bebas berdisko-ria sampai larut malam, bebas mengecat warna rambut sesuka hati, dan kebebasan lain yang mereka miliki! Tapi, aku tidak akan memetik sisi negatif dari mereka, aku hanya ingin menunjukkan sisi positif mereka.
     Akan kukutip sedikit dari novvel yang pernah aku baca. Mungkin novel merupakan cerita fiksi, tapi isinya bukanlah fiksi! Isinya sangatlah bermanfaat. Dari novel yang pernah aku baca, seorang tokoh yang sangat pandai, tetapi tidak bisa bergaul, tertarik ingin menjadi tokoh lain yang diceritakan merupakan anak berandal. Alasan kenapa anak pandai itu ingin seperti anak berandal:
1.  Dia menjadi anak pintar bukan karena dirinya, tapi karena keinginan ortunya
2.  Dia merasa anak berandal itu hidup bebas, dia tak ingin bebas yang kelewatan seperti anak berandal, tapi        dia hanya ingin hidupnya tidak selalu untuk belajar,belajar, dan belajar
3.  Anak berandal yang dia kenal itu pandai bergaul dan teman-temannya menyukainya walaupun dia berandal,      sedangkan anak yang pintar itu sama sekali tidak bisa bersosialisasi
4.  Dia ingin hidupnya sedikit saja bebas, tidak selalu berada dalam bayang-bayang kedua orangtuanya
5.  Dia ingin melakukan sesuatu karena dirinya sendiri, bukan karena orang lain
     Itulah, beberapa alasan kenapa aku mengagumi “berandal-berandal kecil” pengacau sekolah, karena dengan menjadi mereka, kita bisa sedikit lebih bebas! Tanpa kungkungan dari orang lain!!!! 




NB : alasan-alasan tadi aku ambil dari sebuah novel teenlit berjudul “sHe” karya Windhy Puspitadewi. Aku terinspirasi untuk membuat artikel ini juga karena membaca novelnya

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...