Aku
nggak tahu mau nulis apa, hehe.
Jadi
sekarang aku sedang sangat gabut, tak banyak hal yang aku kerjakan. Hanya meunggu
tanggal sumpah dokter. Hmm, tidak berasa sebentar lagi aku disumpah. Tapi
jujur, mengemban gelar baru ini rasanya ‘beban
banget’, serasa semua tanggungjawab dijatuhkan ke pundak. Waktu pengumuman
lulus ujian kompetensi kemarin itu rasanya deg-degan, speechless, tapi tiba-tiba agak kencang juga kepala karena merasa “aduh
ini beban hidup aku kok makin-makin ya”. Sejak itu aku benar-benar rajin berdoa
hahaha, berdoa agar aku bisa menjadi dokter yang baik, bermanfaat, profesional,
dan kompeten. Nggak apa-apa berdoa dulu aja, usahanya nanti dulu, masih pengen
rebahan, hehe.
Kadang
aku berpikir, apakah aku benar-benar bisa menjadi dokter yang baik? Aku merasa
ilmu yang kupunyai segitu-gitu aja. Kapasitas otakku nggak seheboh
teman-temanku. Aku anaknya benar-benar pelupa, butuh waktu lama buat belajar,
giliran ujian kelar semua ilmu yang kupelajari cepat banget menguapnya.
Ngomongin skill, apalagi. Aku pernah
nggak lulus OSCE Kompre sekali, ujian praktik dengan pasien sebelum koas. Bukti
kalau aku benar-benar kurang dalam penguasaan skill. So, am I competent?
Tak
jarang aku merasa takut, minder, nggak pecaya diri kalau harus bertemu pasien
dan harus periksa pasien (ini yang kualami sewaktu koas, setelah menjadi dokter
tentunya aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak begini). Kadang ketika
aku memeriksa pasien, aku dipenuhi berbagai kebingungan. Ini yang aku liat
bener nggak ya? Aku salah dengar nggak ya? Tentu saja ketakutan dan keminderan
itu muncul karna aku sadar kalau aku kurang berilmu. Tapi untuk menuntut ilmu itu
sendiri, sampai sekarang pun aku masih mudah bosan dan tidak konsisten. Satu hal
lagi yang aku sangat lemah, menghafal dan mengenal obat. Bagaimana bisa aku menjadi
dokter kalau aku tidak tahu sediaan obat, merk dagang obat yang ada di pasaran,
dan dosis yang diperlukan.
Tapi
sekarang aku berpikir, bukankah kalau aku berhasil lulus ujian kompetensi
berarti aku tidak begitu buruk? Aku pun kini bisa menjawab beberapa pertanyaan
dari teman-temanku mengenai beberapa keluhan yang mereka alami dengan yakin dan
percaya diri, walaupun saat ditanya obat aku pasti googling terlebih dahulu karna memang aku belum terlalu hafal
nama-nama obat. Beberapa waktu yang lalu pun, aku merasa cukup bisa berpikir
dan mengambil keputusan yang tepat saat aku mengikuti pelatihan penanganan
kegawatdaruratan yang diadakan oleh fakultasku. Aku menjadi leader di kelompokku, dan walaupun
sempat tersendat tapi aku merasa aku sudah memiliki pola pikir yang cukup
terarah dalam menangani pasien gawat darurat (walaupun sudah pasti butuh pembiasaan
agar bisa lebih cekatan).
Sepertinya,
lagi dan lagi, yang menjadi masalah adalah minder
dan tidak percaya diri. Aku terlalu
tidak yakin dengan diriku sendiri, walaupun aku sudah berusaha semampuku. Hal ini
yang tidak pernah berubah dari diriku. Aku sering merasa kurang, padahal
mungkin sebenarnya aku tidak begitu buruk dan aku cukup siap. Ah, apakah aku kurang bersyukur? Saat menulis
ini sejujurnya aku sedang berusaha untuk mencari solusi untuk diriku sendiri. Aku
berusaha untuk membantu dan menyemangati diriku sendiri.
Untukku.
Hai, jangan pernah berhenti belajar. Menjadi dokter rmemang harus menjadi long life learner. Tapi justru karna
itu, setiap hari adalah proses belajar. Jangan takut dan jangan minder. Jangan pernah
merasa kurang. Kamu tentu sudah mempunyai cukup bekal setelah 6 tahun sekolah
mulai dari pre-klinik hingga koas. Kamu harus yakin dan menerapkan ilmu yang
kamu punya dan kamu kuasai dengan baik dan tepat. Kalau kamu takut, lalu kapan
kamu bisa menerapkan ilmu-mu itu? Ilmu yang kamu punya malah akan sia-sia dan
tidak bermanfaat, bukan? Bahkan Tuhan
sudah mengatakan untuk tinggalkan keraguan, jadi kamu harus yakin dan
jangan takut Tapi jangan lupa juga, karna kamu selalu belajar, jangan pernah malu
untuk membuka buku bila kamu tidak yakin dengan suatu hal agar keyakinan kembali
kepadamu.
Bersyukurlah akan
hal-hal terkecil yang kamu punya,
yang Tuhan berikan. Ilmu yang membuatmu minder itu juga dari Tuhan, kamu harus
mensyukurinya sekecil apapun itu. Alih-alih minder, kalau merasa kurang justru
kamu harus bersyukur karna kamu diberikan Tuhan kesadaran akan kurangnya ilmu
yang kamu kuasai sehingga kamu bisa memohon dan mempelajari ilmu dari Tuhanmu
lebih banyak dan lebih dalam lagi.
Oke,
jadi ini hanya secuil manifestasi keminderan dan ketidakpercayaan diriku. Aku hampir
mempunyai perasaan minder dan tidak pecaya diri di segala aspek. Tidak hanya
terkait kemampuanku yang merupakan amanah yang akan kuemban, aku juga memiliki
ketidak-percaya-diri-an yang cukup dalam bersosialisasi. Tapi hal itu belum
ingin kubahas untuk saat ini. Sudah terlalu lelah bukan, minder dan tidak
percaya diri dengan kemampuan sendiri?