Saat
ini bahan bakar minyak tanah cenderung mahal, begitu pula dengan gas. Tidak
mungkin orang kota memakai bahan bakar kayu, lagipula orang desa juga
kesulitan mencai kayu bakar. Tetapi, jelantah / minyak goreng bekas yang
digunakan berulang-ulang dan bisa menyebabkan kanker banyak ditemukan
untuk menggoreng kembali. Padahal, kita bisa memanfaatkannya untuk
menjadi alat penerang bahkan bahan bakar kompor dan itu justru tidak
membahayakan kita. Karena alasan itulah saya mencoba menggunakan
"jelantah" dengan tambahan kapur tulis untuk
menjadi alat penerang dan bahan bakar kompor. Percobaan ini saya gunakan
dalam praktek penemuan saat saya mengikuti Lomba Siswa Berprestasi
Tingkat SMP se-Propinsi Jawa Tengah dan juri memberi saya nilai yang cukup baik untuk
percobaan saya ini.
Dalam pembuatannya, yang kita perlukan adalah:
- Jelantah / minyak goreng bekas
- Kapur tulis (lebih baik kapur yang agak lunak agar proses kapilaritas lebih cepat)
- Kapas (sebagai alat pemicu timbulnya api)
- Wadah alumunium
- Kaleng bekas (untuk kompor)
- Penyangga (kompor)
- Penjepit (untuk memudahkan memegang kapur)
- Korek api
- Air (untuk memadamkan api)
Langkah-langkah :
- Tuangkan minyak jelantah ke wadah alumunium.
- Rendam kapur dan kapas dalam wadah berisi jelantah selama ± 30 menit untuk memastikan terjadinya proses kapilaritas.
- Bakar kapas dengan korek api.
- Setelah nyala api di kapas cukup besar, ambil kapur rendaman dan sulutkan api ke kapur melalui kapas yang telah terbakar.
- Setelah api di kapur menyala, proses membuat alat penerang telah selesai.
- Jika kita menggunakannya untuk bahan bakar kompor, kita bisa menambah jumlah kapur rendaman sebagai sumber api sehingga nyala api lebih besar.
- Setelah api cukup besar, masukkan kapur-kapur tersebut ke dalam kaleng bekas.
- Di atas kaleng bekas beri penyangga yang biasanya dipasang di kompor-kompor biasa.
- Kompor pun siap digunakan.
- Bila sudah selesai menggunakan, padamkan api dengan air.
Kelebihan :
Menurut
pakar gizi, minyak jelantah tidak baik untuk kesehatan jika digunakan
untuk memasak kembali karena mengandung zat kimia seperti senyawa akrolein yang merupakan aldehida yang dapat menimbulkan gatal di tenggorokan dan juga jamur aflatoksin
yang menyebabkan berbagai penyakit, terutama penyakit liver. Jika
jelantah ditinjau dari segi komposisi kimianya, mengandung
senyawa-senyawa karsinogenik yang bisa menyebabkan penyakit
kanker. Jadi daripada kita memakan makanan yang digoreng dengan minyak
jelantah yang tidak baik untuk kesehatan dan daripada membuang-buang
minyak jelantah kita bisa menggunakannya untuk energi alternatif sebagai
alat penerang dan bahan bakar kompor. Dengan menggunakannya sebagai
alat penerang kita telah menghemat listrik dan biaya. Sedangkan
menggunakannya untuk bahan bakar kompor membuat kita menghemat kayu
bakar, minyak tanah, maupun gas. Itupun berarti kita juga menghemat
biaya.
Kekurangan :
Seberapa
banyak kelebihan suatu benda, pasti tetap memiliki kekurangan, demikian
pula dengan percobaan yang saya buat ini. Penggunaan minyak jeantah dan
kapur sebagai alat penerang dan bahan bakar kompor ini menyebabkan
polusi. Asap yang ditimbulkan cukup banyak dan menyebabkan angus pada
wadah alummunium maupun kaleng bekasnya. Untuk memasak kita perlu banyak
kapur dan jelantah. Karena dari percobaan, setengah gelas jelantah dan
empat batang kapur hanya dapat digunakan selama satu jam. Selain itu, kompor minyak jelantah ini masih berupa prototype yang sangat sederhana sehingga tidak bisa diatur besar apinya.
Tetapi
yang pasti menghemat apa yang ada di bumi adalah jalan terbaik untuk
melestarikannya, dengan cara memanfaatkan barang bekas yang masih bisa
dipakai pula. ٩(•̮̮̃-̃)۶
Tidak ada komentar:
Posting Komentar