Halaman

Minggu, 06 Mei 2012

“Jelantah” Sebagai Bahan Bakar Kompor dan Penerang

Saat ini bahan bakar minyak tanah cenderung mahal, begitu pula dengan gas. Tidak mungkin orang kota memakai bahan bakar kayu, lagipula orang desa juga kesulitan mencai kayu bakar. Tetapi, jelantah / minyak goreng bekas yang digunakan berulang-ulang dan bisa menyebabkan kanker banyak ditemukan untuk menggoreng kembali. Padahal, kita bisa memanfaatkannya untuk menjadi alat penerang bahkan bahan bakar kompor dan itu justru tidak membahayakan kita. Karena alasan itulah saya mencoba menggunakan "jelantah" dengan tambahan kapur tulis untuk menjadi alat penerang dan bahan bakar kompor. Percobaan ini saya gunakan dalam praktek penemuan saat saya mengikuti Lomba Siswa Berprestasi Tingkat SMP se-Propinsi Jawa Tengah dan juri memberi saya nilai yang cukup baik untuk percobaan saya ini.
Dalam pembuatannya, yang kita perlukan adalah:

  • Jelantah / minyak goreng bekas
  • Kapur tulis (lebih baik kapur yang agak lunak agar proses kapilaritas lebih cepat)
  • Kapas (sebagai alat pemicu timbulnya api)
  • Wadah alumunium
  • Kaleng bekas (untuk kompor)
  • Penyangga (kompor)
  • Penjepit (untuk memudahkan memegang kapur)
  • Korek api
  • Air (untuk memadamkan api)
Langkah-langkah :

  1. Tuangkan minyak jelantah ke wadah alumunium.
  2. Rendam kapur dan kapas dalam wadah berisi jelantah selama ± 30 menit untuk memastikan terjadinya proses kapilaritas.
  3. Bakar kapas dengan korek api.
  4. Setelah nyala api di kapas cukup besar, ambil kapur rendaman dan sulutkan api ke kapur melalui kapas yang telah terbakar.
  5. Setelah api di kapur menyala, proses membuat alat penerang telah selesai.
  6. Jika kita menggunakannya untuk bahan bakar kompor, kita bisa menambah jumlah kapur rendaman sebagai sumber api sehingga nyala api lebih besar.
  7. Setelah api cukup besar, masukkan kapur-kapur tersebut ke dalam kaleng bekas.
  8. Di atas kaleng bekas beri penyangga yang biasanya dipasang di kompor-kompor biasa.
  9. Kompor pun siap digunakan.
  10. Bila sudah selesai menggunakan, padamkan api dengan air.
Kelebihan :
Menurut pakar gizi, minyak jelantah tidak baik untuk kesehatan jika digunakan untuk memasak kembali karena mengandung zat kimia seperti senyawa akrolein yang merupakan aldehida yang dapat menimbulkan gatal di tenggorokan dan juga jamur aflatoksin yang menyebabkan berbagai penyakit, terutama penyakit liver. Jika jelantah ditinjau dari segi komposisi kimianya, mengandung senyawa-senyawa karsinogenik yang bisa menyebabkan penyakit kanker. Jadi daripada kita memakan makanan yang digoreng dengan minyak jelantah yang tidak baik untuk kesehatan dan daripada membuang-buang minyak jelantah kita bisa menggunakannya untuk energi alternatif sebagai alat penerang dan bahan bakar kompor. Dengan menggunakannya sebagai alat penerang kita telah menghemat listrik dan biaya. Sedangkan menggunakannya untuk bahan bakar kompor membuat kita menghemat kayu bakar, minyak tanah, maupun gas. Itupun berarti kita juga menghemat biaya.


Kekurangan :
Seberapa banyak kelebihan suatu benda, pasti tetap memiliki kekurangan, demikian pula dengan percobaan yang saya buat ini. Penggunaan minyak jeantah dan kapur sebagai alat penerang dan bahan bakar kompor ini menyebabkan polusi. Asap yang ditimbulkan cukup banyak dan menyebabkan angus pada wadah alummunium maupun kaleng bekasnya. Untuk memasak kita perlu banyak kapur dan jelantah. Karena dari percobaan, setengah gelas jelantah dan empat batang kapur hanya dapat digunakan selama satu jam. Selain itu, kompor minyak jelantah ini masih berupa prototype yang sangat sederhana sehingga tidak bisa diatur besar apinya.
Tetapi yang pasti menghemat apa yang ada di bumi adalah jalan terbaik untuk melestarikannya, dengan cara memanfaatkan barang bekas yang masih bisa dipakai pula. ٩(•̮̮̃-̃)۶

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...