Halaman

Minggu, 06 Mei 2012

Pentingnya Budaya Membaca untuk Membuka Cakrawala Dunia


Membaca adalah kunci ilmu. Membaca merupakan sebuah upaya manusia untuk memberantas kebodohan. Dengan membaca, seseorang akan memiliki keterampilan dan merupakan salah satu faktor yang dominan dalam menciptakan kehidupan yang makmur dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Buku adalah jendela pengetahuan. Dengan membaca buku, kita seakan-akan dapat membuka cakrawala dunia, menyerap banyak informasi, dapat berkelana ke berbagai negara, bahkan ke dunia dongeng sekalipun. Pendeknya, dengan membaca wawasan pengetahuan kita akan makin luas.
Seorang pembicara ternama, Jim Rohn, bahkan mengatakan bahwa kita dapat menjadi pakar dalam suatu bidang, jika kita mau menginvestasikan waktu hanya 1 jam saja, setiap hari dalam 5 tahun untuk mempelajari buku-buku mengenai bidang tersebut. Ini baru jika kita mau meluangkan waktu 1 jam dalam sehari. Mari kita bayangkan, jika kita membaca lebih dari 1 jam bahkan berjam-jam dalam satu hari, pasti akan lebih banyak bidang yang dapat kita kuasai. Akan lebih hebat lagi jika proses membaca itu sudah berlangsung sejak anak-anak. Pasti masa tuanya hanya tinggal menunggu menuai buah dari ilmu yang telah tersimpan.
Membaca juga merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang adil dan makmur. Bahkan dalam agama islam, membaca sangat ditekankan. Seperti yang tercantum dalam Q.S. Al. Alaq : 1-5 tentang perintah untuk membaca yang artinya,
1.      Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan
2.      Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah
3.      Bacalah, dan Tuhan-mulah yang Maha Pemurah
4.      Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam
5.      Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Dengan demikian, masyarakat harus tahu bahwa dunia ada di tangan kita ketika kita memiliki ilmu. Dan ilmu itu didapat dari membaca. Pakar pendidikan Sharon Darling, presiden dan pendiri National Centre for Family Literacy menyatakan bahwa membudayakan kebisaaan membaca sangat penting untuk kesuksesan akademis di masa depan. Tetapi, kondisi yang terjadi saat ini pada masyarakat Indonesia adalah minimnya minat baca. Budaya membaca yang tidak begitu dimiliki generasi muda pada saat ini menjadi sebuah permasalahan besar yang harus segera dicarikan solusinya. Pola fikir sebagian besar masyarakat Indonesia pada saat ini terjebak pada pemikiran bahwa kita sebagai pengguna teknologi, tidak perlu tahu bagaimana proses penciptaannya. Inilah yang membuat kita menjadi bangsa yang malas.
Dunia pendidikan saat ini dihadapkan pada kondisi yang pasif, yaitu kurangnya gairah membaca pada anak. Padahal, gemar membaca bagi anak sangat penting, karena dari sudut pandang pendidikan, membaca dapat meningkatkan prestasi akademik anak. Hasil survei UNESCO tahun 1992 menyebutkan, tingkat minat baca rakyat Indonesia menempati urutan 27 dari 32 negara. Bayangkan, peringkat 6 dari bawah! Itu berarti, minat baca rakyat Indonesia memang sangat rendah! Survei lain dilakukan Departemen Pendidikan Nasional tahun 1995 menyatakan, 57% pembaca dinilai sekedar membaca, tanpa memahami dan mengkhayati apa yang dibacanya. Melihat kondisi yang demikian, apa yang harus dilakukan?
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi kondisi tersebut. Yang pertama, adalah dengan menanamkan minat baca yang tinggi. Ketertarikan terhadap membaca bukanlah suatu hal yang dapat tumbuh seketika, tetapi merupakan proses yang membutuhkan waktu dan latihan yang continue. Oleh karena itu, minat baca seharusnya ditumbuhkan sejak masih kecil. Yang kedua, dengan menyisihkan dana untuk membeli buku-buku yang bermanfaat. Buku-buku itu bisa kita koleksi dan bisa dibaca sewaktu-waktu. Ketiga, meminjam buku-buku di perpustakaan, atau meminjam dari teman, dan bisa juga saling bertukar buku. Yang terakhir, dengan membiasakan untuk membawa buku setiap bepergian, sehingga bisa kita baca ketika sedang di perjalanan, atau saat menunggu kendaraan. Kebiasaan seperti ini banyak dilakukan orang-orang Eropa dan Amerika. Tetapi, jarang dijumpai dilakukan orang Indonesia. Kalau saja kita bisa melakukan hal tersebut, mungkin kita bisa menyamai mereka, bahkan lebih pintar dari mereka.
        Dalam mewujudkan semua itu, tentu ada hambatan dan kendala yang kita hadapi. Seperti, lingkungan yang tidak mendukung. Teman-teman di sekitar kita mungkin cenderung sering bermain sepanjang hari, dan itu tentu menjadi tantangan tersendiri bagi kita yang berusaha untuk giat membaca dan mengurangi waktu bermain. Dan yang kedua, kondisi ekonomi yang pas-pasan. Kondisi seperti ini, menyebabkan kesulitan untuk membeli buku. Tetapi, dengan adanya hambatan dan kendala tersebut, kita harus tetap giat membaca! Tingkatkan minat baca! Mari kita budayakan membaca buku, buku apa saja, untuk membuka cakrawala dunia, dan untuk mencerdaskan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...