Halaman

Minggu, 06 Mei 2012

Tempur, Alternatif Wisata Alam

Desa Tempur terletak di Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Desa yang dapat ditempuh dengan jarak 61 km dari Kota Jepara ini mempunyai keindahan alam yang sangat menakjubkan. Desa ini terletak pada ketinggian 800 m diatas permukaan laut. Desa Tempur ini berbatasan dengan Desa Sumanding, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, di Utara, Desa Medani, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, di sebelah Timur, Dukuh Semliro, Desa Rahtawu Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus di Selatan, serta berbatasan dengan Gunung Candi Angin pegunungan Muria di sebelah Barat. Menurut para peneliti yang pernah meneliti Tempur, desa ini berada di lereng Muria yang meletus terakhir kalinya 5.000 tahun yang lalu dari gunung purba. Bekas kawah purba ini yang biasa disebut kaldera dan ditempati penduduk hingga sekarang ini. Gunung Muria ini dinilai para ahli masih aktif dan suatu saat bisa meletus kembali.Kawasan ini sangat berpotensi menjadi tempat wisata yang indah jika Pemerintah Kabupaten Jepara mau serius mengembangkannya. 
Penduduknya masih mempercayai hal-hal mistis. Jika kita ke sana kita dilarang melamun ataupun memikirkan hal yang tidak-tidak. Kita juga tidak diperbolehkan buang air sembarangan, karena itu bisa mencelakai diri kita sendiri. Begitulah kepercayaan warga setempat. Kerukunan antar umat beragama pun tetap terjalin. Terbukti dengan adanya dua bangunan beribadah, yaitu masjid dan gereja yang dibangun berdampingan. Bahkan kabarnya pemuda muslim membantu menjaga keamanan gereja pada saat Natal.
Di desa ini juga terdapat dua candi yang menurut sejarah lebih tua dari Candi Borobudur, yaitu Candi Angin dan Candi Bubrah. Di jalan menuju balai desa tempur juga terdapat kolam ikan milik warga yang berisi banyak ikan emas. Jalanan menuju Desa Tempur yang berkelok-kelok juga dipenuhi pemandangan alam yang indah. Terdapat banyak air terjun kecil. Bahkan ada air terjun unik yang saling terhubung membentuk huruf "Y".
Desa yang juga menjadi penghasil kopi dan cengkih ini masih kesulitan untuk dijangkau. Karena untuk mencapainya maksimal kita harus naik mobil karena jalannya yang masih sempit. Jalannya pun hanya satu jalur, tidak bisa dilalui dua kendaraan roda empat sekaligus. Untuk berkomunikasi pun hanya tersedia jaringan IM3 disana.
Desa Tempur ini sangat berpotensi menjadi alternatif wisata alam di Kabupaten Jepara yang dapat meningkatkan pendapatan. Jika Pemerintah Kabupaten Jepara mau menyumbangkan sedikit dana untuk mengelola Desa Tempur, Desa Tempur bisa menjadi icon baru Kabupaten Jepara. Selain situs sejarah, juga terdapat kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan di Desa Tempur.















Sumber Terkait:
http://budidani06.wordpress.com/2008/08/10/tempur-kampung-di-atas-kawah/
http://www.mail-archive.com/sma1pamekasan@yahoogroups.com/msg01078.html

“Jelantah” Sebagai Bahan Bakar Kompor dan Penerang

Saat ini bahan bakar minyak tanah cenderung mahal, begitu pula dengan gas. Tidak mungkin orang kota memakai bahan bakar kayu, lagipula orang desa juga kesulitan mencai kayu bakar. Tetapi, jelantah / minyak goreng bekas yang digunakan berulang-ulang dan bisa menyebabkan kanker banyak ditemukan untuk menggoreng kembali. Padahal, kita bisa memanfaatkannya untuk menjadi alat penerang bahkan bahan bakar kompor dan itu justru tidak membahayakan kita. Karena alasan itulah saya mencoba menggunakan "jelantah" dengan tambahan kapur tulis untuk menjadi alat penerang dan bahan bakar kompor. Percobaan ini saya gunakan dalam praktek penemuan saat saya mengikuti Lomba Siswa Berprestasi Tingkat SMP se-Propinsi Jawa Tengah dan juri memberi saya nilai yang cukup baik untuk percobaan saya ini.
Dalam pembuatannya, yang kita perlukan adalah:

  • Jelantah / minyak goreng bekas
  • Kapur tulis (lebih baik kapur yang agak lunak agar proses kapilaritas lebih cepat)
  • Kapas (sebagai alat pemicu timbulnya api)
  • Wadah alumunium
  • Kaleng bekas (untuk kompor)
  • Penyangga (kompor)
  • Penjepit (untuk memudahkan memegang kapur)
  • Korek api
  • Air (untuk memadamkan api)
Langkah-langkah :

  1. Tuangkan minyak jelantah ke wadah alumunium.
  2. Rendam kapur dan kapas dalam wadah berisi jelantah selama ± 30 menit untuk memastikan terjadinya proses kapilaritas.
  3. Bakar kapas dengan korek api.
  4. Setelah nyala api di kapas cukup besar, ambil kapur rendaman dan sulutkan api ke kapur melalui kapas yang telah terbakar.
  5. Setelah api di kapur menyala, proses membuat alat penerang telah selesai.
  6. Jika kita menggunakannya untuk bahan bakar kompor, kita bisa menambah jumlah kapur rendaman sebagai sumber api sehingga nyala api lebih besar.
  7. Setelah api cukup besar, masukkan kapur-kapur tersebut ke dalam kaleng bekas.
  8. Di atas kaleng bekas beri penyangga yang biasanya dipasang di kompor-kompor biasa.
  9. Kompor pun siap digunakan.
  10. Bila sudah selesai menggunakan, padamkan api dengan air.
Kelebihan :
Menurut pakar gizi, minyak jelantah tidak baik untuk kesehatan jika digunakan untuk memasak kembali karena mengandung zat kimia seperti senyawa akrolein yang merupakan aldehida yang dapat menimbulkan gatal di tenggorokan dan juga jamur aflatoksin yang menyebabkan berbagai penyakit, terutama penyakit liver. Jika jelantah ditinjau dari segi komposisi kimianya, mengandung senyawa-senyawa karsinogenik yang bisa menyebabkan penyakit kanker. Jadi daripada kita memakan makanan yang digoreng dengan minyak jelantah yang tidak baik untuk kesehatan dan daripada membuang-buang minyak jelantah kita bisa menggunakannya untuk energi alternatif sebagai alat penerang dan bahan bakar kompor. Dengan menggunakannya sebagai alat penerang kita telah menghemat listrik dan biaya. Sedangkan menggunakannya untuk bahan bakar kompor membuat kita menghemat kayu bakar, minyak tanah, maupun gas. Itupun berarti kita juga menghemat biaya.


Kekurangan :
Seberapa banyak kelebihan suatu benda, pasti tetap memiliki kekurangan, demikian pula dengan percobaan yang saya buat ini. Penggunaan minyak jeantah dan kapur sebagai alat penerang dan bahan bakar kompor ini menyebabkan polusi. Asap yang ditimbulkan cukup banyak dan menyebabkan angus pada wadah alummunium maupun kaleng bekasnya. Untuk memasak kita perlu banyak kapur dan jelantah. Karena dari percobaan, setengah gelas jelantah dan empat batang kapur hanya dapat digunakan selama satu jam. Selain itu, kompor minyak jelantah ini masih berupa prototype yang sangat sederhana sehingga tidak bisa diatur besar apinya.
Tetapi yang pasti menghemat apa yang ada di bumi adalah jalan terbaik untuk melestarikannya, dengan cara memanfaatkan barang bekas yang masih bisa dipakai pula. ٩(•̮̮̃-̃)۶

Sahabat (?)


          Sahabat, satu kata yang tentunya sudah sangat kita kenal. Bahkan kita mungkin sudah sangat akrab dengan kata itu. Satu kata yang mempunyai banyak arti. Ada yang mengatakan, kalau sahabat itu memiliki arti yang sangat indah dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tapi ada yang mengatakan, kalau sahabat itu tidak ada, karena yang ada hanya teman, yang selalu membuat kesalahan. Ada yang mengatakan, kalau sahabat itu orang yang selalu ada dalam  suka maupun duka. Tapi ada pula yang mengatakan, kalau sahabat itu orang yang datang hanya kalau ada maunya saja, dan tidak peduli pada sahabatnya jika sedang kesusahan. Dan, masih banyak lagi definisi sahabat menurut banyak orang.
Bagaimanapun juga sahabat adalah manusia. Dan setiap manusia, pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Sebaik apapun sahabat itu, pasti juga pernah melakukan kesalahan. Baik yang tak sengaja dia lakukan, atau mungkin memang yang benar-benar disengaja. Tapi, untuk sahabat yang pernah melakukan kesalahan yang disengaja, bila tidak disertai alasan yang logis, bisa dikatakan memang dia itu bukan sahabat, tapi hanya serigala berbulu domba. Dan apabila ada sahabat yang pernah melakukan kesalahan dengan disengaja, tapi mempunyai alasan yang logis seperti; terpaksa, terkena ancaman, dsb; itu berarti dia masih berjiwa sahabat walaupun dia memang melakukan kesa-lahan yang cukup besar pada sahabatnya.
Sahabat, apapun artinya itu, kita tidak bisa mengikuti apa kata orang lain. Hanya hati kita masing-masing yang dapat menyimpulkan, apakah sa-habat itu ada, atau tidak. Hanya diri kita sendiri yang dapat menemukan, apa itu arti sahabat.
Mungkin presepsi yang kita peroleh nanti akan berbeda tentang sahabat. Tapi intinya, saha-bat itu ada di setiap kita membutuhkan, tapi mungkin tidak ada jika kita menginginkan.
Sahabat, sekali lagi tergantung pada diri kita. Dan sahabat sejati, adalah sahabat yang memang selalu ada, baik saat kita membutuhkan maupun menginginkannya.


 
Some Wise Word
A friend is somebody who come if we want, but a best friend is somebody who come if we need.

Somebody who always be there in love and grief, called best friend.

If there is no best friend, so where will we complain when there is a problem?

Sabtu, 09 April 2011

Teman Bandel Nggak Harus Dijauhi (Oleh : Mitsaq Addina Nisa)

Bukanlah hal yang aneh lagi jika di setiap sekolah terdapat siswa yang bandel. Tak jarang siswa-siswa yang bandel itu dipandang sebelah mata oleh temannya atau mungkin juga gurunya, bahkan dianggap hanya bisa membuat keonaran. Tingkah mereka aneh-aneh, ada yang bertingkah tidak sopan hingga membuat penat siapa saja yang mendengar sampai gaya berpakaian dan gaya berdandan yang tidak sesuai bagi pelajar. Tak jarang mereka dicap atau diberi label sebagai "anak yang tidak pantas didekati" karena hanya memberi dampak negatif atau pengaruh buruk bagi siswa lain.

Tak sepenuhnya benar jika siswa yang dianggap bandel hanya menimbulkan masalah. Terkadang mereka justru dapat melakukan hal-hal hebat yang tidak pernah terduga sebelumnya. Misalnya anak-anak seperti ini justru berani mengambil resiko yang tidak mampu dihadapi anak-anak biasa. Tak jarang juga anak-anak kategori ini memiliki tingkat kepekaan yang cukup tinggi untuk membantu teman-teman yang mengalami kesulitan, baik materi maupun yang lainnya.

Kita tak perlu takut terpengaruh oleh mereka. Terpengaruh atau tidak dengan sifat buruk tersebut, tergantung bagaimana kita bisa membawa diri dan seberapa teguh pendirian yang ada pada diri kita. Cara ini justru bisa membuat siswa bandel tersebut merasa dihargai, dan denga rasa itulah mereka akan berusaha menjadi lebih baik serta berusaha lebih menghargai orang lain. Karena tak jarang anak-anak bersifat nakal hanya untuk mendapatkan perhatian lebih dari lingkungan sekitar yang mungkin tidak mereka dapatkan di lingkungan keluarganya. Faktor lain, adalah karena banyaknya masalah yang ada di lingkungan keluarga sehingga mereka pun melampiaskan masalah itu dengan berbuat keonaran. Karena itulah, anak-anak dalam kategori di atas justru harus didekati. Mengapa? Karena sekali lagi dengan pendekatan inilah yang membuat mereka merasa diterima, merasa nyaman dan mereka pun mulai bersedia mengungkapkan permasalahan yang menimpa mereka sehingga mereka tidak perlu melampiaskan kemarahan mereka pada hal-hal yang negatif. Cukup beri mereka perhatian, kesempatan untuk berubah, dan tips-tips yang bisa membuat mereka menuju arah yang lebih positif. Tentunya diperlukan sikap yang ekstra hati-hati dalam memberikan nasihat dan tips ini, sehingga mereka tidak tersinggung. Jadi, mengapa kita harus menjauhi mereka jika kita bisa membuat mereka lebih baik?

Sebenarnya bukan hanya siswa bandel yang seharusnya dianggap bermasalah. Banyak juga kok siswa yang berlabel "baik-baik" namun bermasalah. Ironisnya mereka hanya memendam semua masalah yang mereka miliki, dan tak jarang akhirnya anak-anak ini berbuat nekat.

Kita dituntut selalu peka dengan lingkungan sekitar. Peran keluarga, dan guru sebagai orangtua di sekolah memang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Namun peran teman tak kalah penting dalam memperbaiki atau menuntun sesamanya agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif.

Tentunya kita tak asing lagi dengan pepatah ini, "Don't judge a book by it's cover, jangan menilai buku dari sampulnya", karena kita baru akan mengetahui bagaimana baik buruknya isi buku itu jika kita telah membacanya. Begitu halnya dengan teman atau orang di sekitar kita yang kita anggap bandel. Kita baru dapat mengetahui apa keinginan mereka sebenarnya bila kita mau sedikit memahami pribadi mereka. Akan lebih baik lagi apabila kita juga dapat membantu mengarahkan mereka pada hal-hal baik atau kelebihan yang tidak disadarinya. Tetapi satu hal yang harus kita ingat, jangan sampai kita terbawa arus mereka. Kalaupun kita tidak berhasil mengubahnya, toh kita tidak rugi. Paling tidak kita dapat mengambil pelajaran untuk diri kita sendiri dari apa yang mereka alami.




Artikel ini aku copy-paste dari Kak Nisa dan sudah atas ijin yang bersangkutan
Artikel Terkait  :
Resiko Orang Cantik (Oleh:Mitsaq Addina Nisa)
Berandal-Berandal Kecil

Sabtu, 26 Februari 2011

Degrees of Comparison


     1.      Positif (sederajat)
è ...... + as + adjective + as + ...... (for 1, 2, or more than 2 syllables)
Ø  Glory is as clever as Ragil
Glory sama pintarnya dengan Ragil
Ø  Della is as beautiful as Winy
Della adalah gadis yang sama cantik dengan Winy
Ø  Winy is as small as Della
Winy sama kecilnya dengan Della
     2.      Comparative (lebih)
è ...... + adjective-er + than + ...... (for 1 or 2 syllables)
Ø  Fakhrul is taller than Bayu
Fakhrul lebih tinggi dari Bayu
(*) tall has 1 syllables
è ...... + more +adjective + than + ...... (for more than 2 syllables)
Ø  A white pen’s costs more exspensive than the black one
Harga bolpoin putih lebih mahal daripada bolpoin hitam satunya
(*) exspensive has 3 syllables {more than 2}
     3.      Superlative (paling)
è ...... + the + adjective-est + ...... (for 1 or 2 syllables)
Ø  Fakhrul is the tallest student in this class
Fakhrul adalah murid tertinggi di kelas ini
(*) tall has 1 syllables
è ...... + the +most + adjective + ...... (for more than 2 syllables)
Ø  The white pen’s costs is the most expensive pen’s costs in the shop
Harga pensil putih adalah harga bolpoin yang paling mahal di toko itu
(*) exspensive has 3 syllables {more than 2}

Jumat, 11 Februari 2011

No Title


Maggie. Yups, itulah aku. Cewek manis kelas 9C, begitu kata teman-temanku. Sebentar lagi, Valentine Day. Hari yang untuk sebagian remaja begitu penting, termasuk bagi para sahabatku, Salva, Stacy, Ferent, dan Mack. Ferent adalah pacar Salva, sedangkan Stacy bersama Mack. Banyak persiapan telah mereka lakukan untuk menyambut hari kasih sayang tersebut. Ferent sibuk mencari jass untuk ngedate dengan Salva. Begitu pula Salva, yang setiap pulang sekolah kutemani dengan Stacy mencari ­nightdress, tapi tidak juga menemukan pilihannya. Stacy dan Mack merayakan Valentine dengan konsep berbeda. Mereka ingin merayakan Valentine dengan saling memberi kado, dan menjamu para sahabatnya, yaitu aku, Salva, Ferent, dan Oland. Aku sangat mendukung Stacy dan Mack, karena aku juga ikut diuntungkan dengan jamuan makan malamnya besok Minggu, malam valentine. Tapi, aku benar-benar menentang Salva dan Ferent. Gara-gara mereka merayakan Valentine dengan acara ngedate, aku jadi direpotkan dengan harus menemani Salva mencari nightdress, seperti siang ini.
“Gi, temenin Vava ya! Cari nightdress lagi, Vava udah tau butik tempat jual nightdress yang bagus! Ajak Stacy juga, ya!”, kata Vava saat menemuiku di kantin.
“Aduh Vava, kamu ini ya! Tiap hari cari nightdress, tapi nggak pernah ada yang kamu beli.”, kataku.
“Yah, nanti Vava milih deh! Ya Gi, please temenin Vava.”, rayu cewek imut itu setengah memaksa.
“Oke deh, aku kan nggak punya pilihan buat nolak.”, jawabku pasrah.
Ya begitulah, Vava selalu berkata “akan membeli”, tapi itu tidak akan pernah terjadi selama belum tanggal 13 Februari. Sejak tanggal 1 Februari! Sampai hari ini, tanggal 11 Februari! Sedangkan aku dan Stacy, hanya bisa pasrah menuruti kemauannya.
Setelah dari kantin, kami berpisah di depan kelas Salva, di kelas 9A. Kemudian aku berjalan menuju kelasku, dan memberitahu Stacy untuk ikut menemani Salva ke butik.
“Stac, ntar ke butik.”, kataku.
Dengan mudah Stacy memahami maksudku karena kebiasaan kita pergi ke mall dan butik mencari nightdress untuk Salva.
“Mm, nanti sekalian mampir mall ya! Aku mau cari kado buat Mack.”, balas Stacy.
“Huft, Salva cari nightdress, kamu cari kado, aku cari apa?”, keluhku.
“Tau, cari aja kado buat Oland!”, kata Stacy tanpa dosa.
“Hah, Oland? Kamu ini ya, Oland mulu! Nggak bosen apa?!”, bentakku.
“Ah, udah deh! Gausah muna gitu kenapa sih?”, ledek Stacy.
“Hey, cewek cewek!”, teriak Ferent mengageti.
“Mm, dari mana lu?”, tanya Stacy.
“Biasa, dari cowok kalian.”, jawab Ferent.
“Hey, emang Stacy punya cowok, tapi enggak dengan aku! Aku nggak punya cowok!”, sahutku.
“Lha terus, Oland itu siapamu?”, tanya Ferent dengan nada meledek.
“Mm, sahabatku!!”, jawabku enteng.
“Alah sok-sokan, kakak tercinta dan adek tercinta gitu, haha.”, ledek Er lagi.
Akhirnya peledekan pun terjadi. Yah, keempat sahabatku memang sering mengejekku dengan Oland. Memang, setelah lama kami bersahabat, dan keempat sahabat kami saling pacaran, aku akhirnya menyadari kalau aku ada perasaan dengan Oland. Dan baru-baru ini, Ferent berkata kalau Oland juga ada rasa padaku. Sejak itulah mereka mulai mengejekku dan Oland.
Sepulang sekolah, aku, Stacy, dan Salva pergi ke butik mencari nightdress untuk Salva.
“Hey, gaunnya bagus!”, pekik Salva.
“Yaudah, ambil aja! Habis ini kita ke mall, ya! Aku mau cari kado buat Mack.”, timpal Stacy.
“Mm, tapi warnanya kurang pas, mau liat-liat dulu!”, celetuk Salva.
Aku dan Stacy hanya bisa saling berpandangan. Aneh sekali tingkah sahabatku yang satu ini.
Setelah hampir dua jam berkeliling, seperti biasa Salva tidak jadi membeli nightdress. Kami pun segera menuju mall yang ada di dekat butik. Sesampainya di mall, kami mampir ke cafee untuk mengisi perut kami yang sedari tadi masih kosong.
“Eh, Gii bakal valentinenan sama siapa?”, celetuk Salva.
“Ya jelas sama Oland, lah.”, sahut Stacy.
“Ih, dasar kamu ini Stac!”, kataku seraya menjitak Stacy.
“Haha, nggak apa-apa lah. Tapi Gii emang cocok kok sama Oland, lagian di antara kita-kita yang belum pacaran kan Cuma Gii sama Oland. Yaudah, pacaran aja kalian sana.”, kata Salva menimpali.
Tak berapa lama kemudian aku melihat sosok Oland.
“Eh, itu Oland kan?”, kataku.
“Waduh, si Oland diingat-ingat nih.”, ledek Stacy.
“Ih, emang bener kok! Nah, itu tuh!”, kataku menunjuk sosok Oland.
“Eh, iya! Emang bener! Nah loh, ada Ferent sama Mack juga tuh!”, sahut Salva.
“Eh, cewek-cewek ke sini kok pada nggak ngajak sih?”, kata Ferent setelah melihat kami.
“Nah loh, bukannya gamau ngajak, tapi kebetulan aja pengin mampir.”, balas Salva.
“Haha, kalian pada mau ngapain di sini?”, tanyaku.
“Mm, liat-liat aja.”, jawab Ferent.
“Jalan yuk!”, ajak Mack kemudian.
“Yah, kalian enak! Jalan ada pasangannya, aku sama siapa?”, tanyaku kemudian.
“Tuh!”, kata mereka berempat serempak sambil menunjuk ke arah Oland.
“Ah, taulah! Kalian ini!”, kata Oland dengan pasrah.
Kemudian kami pun jalan keliling mall lihat-lihat. Ferent-Salva dan Stacy-Mack sudah berjalan. Tinggal aku dengan Oland. Kami hanya berjalan dalam diam. Tanpa bicara sedikitpun karena saling salting. Sampai akhirnya, canggung juga rasanya jalan bareng tapi nggak ngobrol.
“Mm, Ol.”, kataku.
“Eh, iya, Gii?”, balasnya.
“Hehe. Mm, tadi kok kalian ke sini, pada mau apa sih?”, tanyaku basa basi.
“Oh, pada cari kado valentine. Aku sih Cuma nganterin.”, jawab Ol seadanya.
“Oh.”, jawabku singkat.
“Kalo Gii, tadi ke sini ngapain?”, tanya Ol balik.
“Mm, sama! Nganter Stac sama Va nyari kado buat cowoknya, terus mampir aja ngisi perut di cafee. Hehe.”, jawabku.
Di lain tempat,
“Eh, kapan sih mereka jadian?”, ujar Stac.
“Tau! Sebentar lagi paling?”, balas Er.
“Huh. Lama banget nungguin mereka?”, sambung Va.
“Kita harus membantu membuat mereka jadian!”, sahut Mack.
Setelah lama muter-muter mall, kami pun pulang. Dengan tangan hampa. Karena, para cowok datang. Padahal, rencananya aku, Stac, dan Va mau nyari kado buat Mack.
*skip*
13 Februari. Malam nanti adalah malam valentine, dan nanti malam kami akan makan malam di rumah Stacy. Stac sudah mendapatkan kado untuk Mack, kemarin sepulang sekolah. Sepasang liontin emas yang di dalamnya terdapat foto Stac dan Mack. Sedangkan Va, masih belum juga mendapatkan ngihtdressnya. Rencananya, nanti malam dia akan mengenakan nightdressnya tahun lalu. Dan untuk ngedatenya besok malam, dia akan mencari nightdress nanti, sepulang sekolah. Dan yang menyebalkan, sepulang sekolah ternyata dia kembali ke butik tempat kemarin kami mencari nightdress dan mengambil nightdress yang katanya warnanya kurang pas!
Malamnya,
Aku dijemput Va dan Er.
“Hey cepat, Mack dan Ol sudah di sana!”, kata Va menyuruhku lebih cepat.
“Iya, sebentar!”, balasku seraya mengambil tas dan kamipun segera menuju rumah Stac.
Rumah Stac bergaya Eropa Modern, dengan halaman belakang berupa taman yang bisa digunakan sebagai tempat pesta barbecue. Di rumah itu, hanya ada kami berenam. Karna Stac adalah anak semata wayang dan ortu Stac sedang pergi ke luar kota. Tidak ada pembantu di rumah itu. Stac hidup mandiri.
Kami pun segera makan malam. Stac sengaja menyusun enam kursi yang saling berhadapan dan masing-masing dipisah. Stac dengan Mack, Va dengan Er. Jadi, terpaksa aku harus duduk berhadapan dengan Ol.
“Mm, makanannya, enak!”, kata Ol mengawali.
“Mm, iya!”, jawabku seadanya.
Kami pun makan dalam diam. Sampai akhirnya, aku berkesempatan untuk bicara padanya.
“Ol", kataku.
“Iya?”, jawabnya.
“Aku mau bilang sesuatu”, kataku.
“Ya?”, balasnya.
“Aku tahu, kamu sudah tahu kalau aku suka sama kamu. Dan, emm. Er bilang, kalau kamu juga suka sama aku. Mm, aku tidak mau bangga akan itu. Aku hanya ingin, kita, melanjutkan hubungan kita sebagai sahabat. Tapi, sahabat yang saling menyayangi. TTM, mungkin? Mm, maaf. Kalau aku agak blak-blakan.”, kataku panjang lebar mengeluarkan semuanya.
“Mm, mungkin dari sms yang sering aku kirimkan kepadamu, kamu juga merasakannya. Aku, mm, tidak apa-apa kalau kita TTMan, kan?”, balas Ol.
Aku pun tersenyum, dan Ol pun menggenggam tanganku. Tiba-tiba,
“Ehhemm..”
“Ada yang jadian nii, yee...”
Yah, mereka meledekku lagi.
The End
Tak ada yang lebih indah, daripada PERSAHABATAN. Aku harap, persahabatan kita seperti keenam sahabat itu. 

Kamis, 03 Februari 2011

Resiko Orang Cantik (Oleh: Mitsaq Addina Nisa)

   Masa remaja memiliki banyak dinamika dibandingkan siklus kehidupan lainnya. Dari segi fisik, kecantikan, atau kegantengan seringkali menjadi perhatian utama dalam masa ini. Kelebihan inilah yang sering dibangga-banggakan, bahkan disalahgunakan. Banyak remaja yang bangga dengan kelebihan fisik mereka dan justru tidak berhati-hati menjaga kelebihan ini. Padahal dengan ketdiakhati-hatian mereka ini justru bisa saja membawa dampak buruk ke depannya, terutama untuk remaja cewek. Kenapa cewek? Karena secara fisik, cewek itu memang diciptakan lebih menarik sekaligus lebih lemah daripada cowok. Itu sebabnya cewek lebih beresiko dari segi manapun bila dibandingkan dengan cowok.
   Cantik itu anugerah, anugerah yang tentunya harus disyukuri. Sering kita mendengar guyonan, "yah, begitulah reesiko orang cantik!", saat mendapati teman cewek digoda bahkan ditaksir beberapa cowok. Bila kita renungkan, guyonan seperti itu tentulah bukan sekedar guyonan semata, namun sebagai peringatan atau teguran bahwa cantik bukan hanya kebanggaan tetapi sebenarnya cantik itu justru lebih beresiko apalagi jika tidak dibarengi dengan kehati-hatian dalam bergaul, berpakaian, ataupun bertutur kata.
   Seseorang yang dikatakan cantik, secara sadar ataupun tidak, setiap tingkahnya tentulah menjadi pusat perhatian. Diam saja menjadi sorotan, apalagi bertingkah yang berlebihan, pasti lebih disorot lagi. Menyadari kelebihan berarti menanamkan sikap hati-hati dalam melangkah. Cantik akan mempesonakan banyak orang, itu berarti memungkinkan banyaknya resiko, lebih-lebih bila dimanfaatkan untuk hal negatif. Hati-hatilah terhadap orang di sekitar kita. Karena tidak hanya orang-orang yang baik, tetapi ada juga yang akan memanfaatkan untuk kepentingan dirinya sendiri semata.
   Kecantikan secara lahiriah banyak kita jumpai, namun kecantikan yang sebenarnya adalah kecantikan yang bersumber dari hati. Apalah arti wajah yang cantik bila tingkah laku dan tutur kata tidak menyenangkan bahkan membuat orang-orang di sekitar tidak nyaman.
   Banyak kasus yang terjadi, kelebihan (cantik) yang tidak didasari prinsip yang kuat mengabitkan mudahnya seseorang masuk ke dalam perangkap tipu daya, sehingga hanya penyesalan yang ada nantinya. Oleh karena itu, jadikanlah kecantikan sebagai perhiasan dan jangan sampai jadi malapetaka dan berujung penyesalan. Jangan justru karena kecantikan menjadikan terpuruk dalam kegiatan belajar di sekolah bahkan harus putus sekolah di tengah jalan. Yah, mungkin karena terjadi "sesuatu" mengharuskan meninggalkan teman-teman, meninggakan masa remaja, dan meninggalkan suasana sekolah yang sangat menyenangkan. Kita dapat berkaca dari pengalaman orang lain. Bukankah pengalaman bisa didapat tanpa harus mengalami sendiri? Selanjutnya jadikanlah kalimat "resiko orang cantik" sebagai nasihat yang selalu mengingatkan bahwa cantik itu memang betul-betul beresiko bila tidak berhati-hati.


Artikel ini aku Copy-Paste dari Kak Nisa dan sudah atas ijin yang bersangkutan.

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...