Membaca
 adalah kunci ilmu. Membaca merupakan sebuah upaya manusia untuk 
memberantas kebodohan. Dengan membaca, seseorang akan memiliki 
keterampilan dan merupakan salah satu faktor yang dominan dalam 
menciptakan kehidupan yang makmur dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan 
teknologi yang ada. Buku adalah jendela pengetahuan. Dengan membaca 
buku, kita seakan-akan dapat membuka cakrawala dunia, menyerap banyak 
informasi, dapat berkelana ke berbagai negara, bahkan ke dunia dongeng 
sekalipun. Pendeknya, dengan membaca wawasan pengetahuan kita akan makin
 luas.  
Seorang
 pembicara ternama, Jim Rohn, bahkan mengatakan bahwa kita dapat menjadi
 pakar dalam suatu bidang, jika kita mau menginvestasikan waktu hanya 1 
jam saja, setiap hari dalam 5 tahun untuk mempelajari buku-buku mengenai
 bidang tersebut. Ini baru jika kita mau meluangkan waktu 1 jam dalam 
sehari. Mari kita bayangkan, jika kita membaca lebih dari 1 jam bahkan 
berjam-jam dalam satu hari, pasti akan lebih banyak bidang yang dapat 
kita kuasai. Akan lebih hebat lagi jika proses membaca itu sudah 
berlangsung sejak anak-anak. Pasti masa tuanya hanya tinggal menunggu 
menuai buah dari ilmu yang telah tersimpan. 
Membaca
 juga merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia dalam rangka
 mencerdaskan kehidupan bangsa yang adil dan makmur. Bahkan dalam agama 
islam, membaca sangat ditekankan. Seperti yang tercantum dalam Q.S. Al. 
Alaq : 1-5 tentang perintah untuk membaca yang artinya,
1.      Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan
2.      Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah
3.      Bacalah, dan Tuhan-mulah yang Maha Pemurah
4.      Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam
5.      Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Dengan demikian, masyarakat harus tahu bahwa dunia ada di tangan kita ketika kita memiliki ilmu. Dan ilmu itu didapat dari membaca.
 Pakar pendidikan Sharon Darling, presiden dan pendiri National Centre 
for Family Literacy menyatakan bahwa membudayakan kebisaaan membaca 
sangat penting untuk kesuksesan akademis di masa depan. Tetapi, kondisi 
yang terjadi saat ini pada masyarakat Indonesia adalah minimnya minat 
baca. Budaya membaca yang tidak begitu dimiliki generasi muda pada saat 
ini menjadi sebuah permasalahan besar yang harus segera dicarikan 
solusinya. Pola fikir sebagian besar masyarakat Indonesia pada saat ini 
terjebak pada pemikiran bahwa kita sebagai pengguna teknologi, tidak 
perlu tahu bagaimana proses penciptaannya. Inilah yang membuat kita 
menjadi bangsa yang malas.

 
Dunia
 pendidikan saat ini dihadapkan pada kondisi yang pasif, yaitu kurangnya
 gairah membaca pada anak. Padahal, gemar membaca bagi anak sangat 
penting, karena dari sudut pandang pendidikan, membaca dapat 
meningkatkan prestasi akademik anak. Hasil survei UNESCO tahun 1992 
menyebutkan, tingkat minat baca rakyat Indonesia menempati urutan 27 
dari 32 negara. Bayangkan, peringkat 6 dari bawah! Itu berarti, minat 
baca rakyat Indonesia memang sangat rendah! Survei lain dilakukan 
Departemen Pendidikan Nasional tahun 1995 menyatakan, 57% pembaca 
dinilai sekedar membaca, tanpa memahami dan mengkhayati apa yang 
dibacanya. Melihat kondisi yang demikian, apa yang harus dilakukan?
Ada
 beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi kondisi tersebut. 
Yang pertama, adalah dengan menanamkan minat baca yang tinggi. 
Ketertarikan terhadap membaca bukanlah suatu hal yang dapat tumbuh 
seketika, tetapi merupakan proses yang membutuhkan waktu dan latihan 
yang continue. Oleh karena itu, minat baca seharusnya ditumbuhkan
 sejak masih kecil. Yang kedua, dengan menyisihkan dana untuk membeli 
buku-buku yang bermanfaat. Buku-buku itu bisa kita koleksi dan bisa 
dibaca sewaktu-waktu. Ketiga, meminjam buku-buku di perpustakaan, atau 
meminjam dari teman, dan bisa juga saling bertukar buku. Yang terakhir, 
dengan membiasakan untuk membawa buku setiap bepergian, sehingga bisa 
kita baca ketika sedang di perjalanan, atau saat menunggu kendaraan. 
Kebiasaan seperti ini banyak dilakukan orang-orang Eropa dan Amerika. 
Tetapi, jarang dijumpai dilakukan orang Indonesia. Kalau saja kita bisa 
melakukan hal tersebut, mungkin kita bisa menyamai mereka, bahkan lebih 
pintar dari mereka.

 
       
 Dalam mewujudkan semua itu, tentu ada hambatan dan kendala yang kita 
hadapi. Seperti, lingkungan yang tidak mendukung. Teman-teman di sekitar
 kita mungkin cenderung sering bermain sepanjang hari, dan itu tentu 
menjadi tantangan tersendiri bagi kita yang berusaha untuk giat membaca 
dan mengurangi waktu bermain. Dan yang kedua, kondisi ekonomi yang 
pas-pasan. Kondisi seperti ini, menyebabkan kesulitan untuk membeli 
buku. Tetapi, dengan adanya hambatan dan kendala tersebut, kita harus 
tetap giat membaca! Tingkatkan minat baca! Mari kita budayakan membaca 
buku, buku apa saja, untuk membuka cakrawala dunia, dan untuk 
mencerdaskan Indonesia.