Halaman

Jumat, 18 September 2020

Kuliah Kedokteran dan Tips Belajar ala Aku

Tulisan ini dibuat hanya untuk besenang-senang mengisi waktu luang di masa pandemi. Bahkan sebenarnya tulisan ini sudah tidak relevan karena ditulis saat penulis sudah tidak duduk di bangku kuliah lagi alias sudah lulus.

Aku masuk ke Fakultas Kedokteran di sebuah perguruan tinggi negeri pada tahun 2014, 6 tahun yang lalu. Boleh dibilang tepat 6 tahun karna aku benar-benar mulai masa perkuliahan tanggal 1 Spetember 2014. Pada saat itu aku benar-benar tidak memiliki gambaran seperti apa dan bagaimana kuliah di kedokteran. Aku tidak memiliki teman ataupun kerabat yang sudah di bidang ini sebelumnya, dan aku juga tidak memiliki hubungan yang dekat dengan seniorku di masa SMA untuk ditanya-tanya jadi ya, benar-benar buta arah.

Singkat cerita, 2 minggu awal perkuliahan masih seputar pengenalan sistem pembelajaran di jurusan ini. Sistem perkuliahan SKS yang biasanya digunakan oleh jurusan dan fakultas lain tidak belaku disini. Fakultas Kedokteran khususnya Prodi Pendidikan Dokter menerapkan sistem blok atau “paketan” istilah gampangnya, dimana dalam 6 minggu (durasi ini berbeda di setiap universitas) kita akan belajar satu tema besar (missal: sistem pencernaan). Selama 6 minggu tersebut kita akan mendapat kuliah umum, praktikum klinis, skills lab (keterampilan dalam menghadapi pasien), tutorial kasus, dan ujian praktikum maupun ujian blok di minggu kelima dan keenam.

Kegiatan yang khas dari sistem blok ini adalah tutorial kasus, dimana kita akan mendiskusikan satu kasus bedasarkan subtema tertentu, brainstorming mengenai kasus tersebut, hingga memunculkan PR yang akan dibahas di pertemuan berikutnya (masih dalam minggu yang sama). Kegiatan ini tentunya memicu kita untuk berpikir kritis dan logis karna pada pertemuan kedua saat membahas PR, kita diharuskan menyertakan sumber-sumber yang valid dan logis. Selain itu, ujian blok yang dilakukan di minggu keenam disajikan dalam bentuk CBT, hal ini juga untuk membiasakan kita mahasiswa kedokteran yang nantinya akan menjalani ujian akhir untuk mendapat gelar dokter yang juga dalam bentuk CBT.

Oke, kembali ke ceritaku. Aku tidak memiliki pegangan apapun selama masa perkuliahan. Aku tidak memiliki plan apapun dalam belajar, aku bahkan belum menemukan cara belajar terbaikku saat aku masih duduk di bangku S1. Aku hanya mengikuti arus, dan belajar sekedar untuk lulus ujian blok minimal mendapat nilai A/B (setara dengan IP 3,5). Hal menyenangkan dari kuliah di jurusanku adalah persentase terbesar dari nilai blok (1 blok terdiri dari 6 minggu dan setara dengan 6 SKS) adalah ujian CBT, dan apabila kita mendapat nilai ujian CBT mulai dari B ke bawah, kita mengenal yang namanya Make Up Test. Ini bukan kelas make up kecantikan, melainkan istilah yang lebih kece dari ujian remidi. Serunya lagi, pada saat angkatanku soal-soal Make Up Test (MUT) ini 70-80% sama persis dengan soal CBT sebelumnya dan kita bisa mendapat nilai maksimal A/B pada MUT pertama dan maksimal B pada MUT kedua (aku tidak tahu untuk MUT selanjutnya). Jadi sudah menjadi tradisi turun temurun bagi kami untuk merekap soal CBT agar meringankan beban teman-teman yang menjalani MUT. Tapi rumor yang kudengar untuk angkatan-angkatan sekarang, soal MUT cukup berbeda dengan soal CBT utama. Lucky me! Hehe.

Tentu saja aku berkali-kali mengambil MUT sehingga aku bisa lulus dengan nilai memuaskan. Tapi aku merasa aku hanya menggelinding selama S1, tanpa mengetahui tujuan hidupku, tujuanku kuliah, untuk apa aku belajar, bahkan apa yang aku pelajari selama S1 tidak ada yang menempel di kepalaku. Aku hanya menggelinding tanpa arah. Menurutku, kuliah kedokteran tidak begitu berat jika kita konsisten dan cukup mengikuti arus. Karna begitulah faktanya. Kami bisa lulus tepat waktu jika kami mengikuti arus. Buktinya aku yang sampai lulus S1 masih tidak memiliki tujuan hidup tetap bisa lulus. Tapi yah, ini bukan hal yang patut untuk ditiru. Ada baiknya kalian yang baru memulai kuliah kedokteran untuk mementukan tujuan kalian belajar sedini mungkin dan belajar dengan sungguh-sungguh sedini mungkin, jangan asal lulus kaya aku.

Lalu bagaimana aku belajar? Seperti yang kubilang sebelumnya, karna aku hanya menggelinding dan mengikuti arus, aku baru mulai belajar di minggu kelima dari rangkuman materi kuliah umum (dalam bentuk semacam LKS yang diproduksi sendiri dari, oleh, dan untuk angkatan). Berbeda dengan teman-temanku yang rajin dan memang sudah memiliki tujuan hidup yang pasti sejak awal, mereka biasanya menyicil belajar dari minggu pertama, me-review berulang-ulang. Tapi sekali lagi karna di masa S1 tujuanku kuliah hanya agar lulus ujian blok, jadi aku memang baru belajar di minggu kelima, dan apabila nilaiku B kebawah aku tinggal mengambil MUT dan belajar dari rekapan soal. Ini pilihan. Sekali lagi, sebaiknya kita sudah menemukan tujuan hidup kita dan mempelajari materi S1 dengan sungguh-sungguh sedini mungkin, karna setelah masuk rotasi klinik (koas) aku baru menyesali semua yang telah terlewati di S1, menyesal karna tidak mempelajari materi S1 dengan sungguh-sungguh. Namun kita semua tahu, penyesalan memang selalu datang belakangan.

Kalian yang baru memulai masuk kuliah kedokteran, bisa dipikirkan baik-baik beberapa hal. Temukan cara belajar tebaik kalian. Aku baru tahu kalau aku adalah orang yang perlu effort banyak dalam belajar setelah memasuki rotasi klinik (koas) alias setelah lulus S1 - Oiya, untuk jadi dokter kita perlu sekolah 3,5 – 4 tahun S1 kemudian lanjut rotasi klinik 2 tahun baru deh ujian akhir untuk dapat gelar dokter)-. Aku harus mendengarkan materi sambil mencatatnya, aku harus membuat rangkuman sesuai pemahamanku sendiri berdasarkan apa yang sudah kudengarkan, lalu aku harus mengulangi membaca materi tersebut, kalau perlu sambil bicara sendiri (trust me, ketika kamu bisa menjelaskan materi dengan baik berarti kamu memang sudah menguasainya degnan baik pula). Jadi ya, ternyata aku butuh waktu yang lama untuk belajar karna cara belajar terbaikku ya begitu, sepanjang itu alurnya. Sedangkan saat S1, aku terlalu banyak leha-leha dan mulai belajar di minggu kelima. Tapi, aku juga memiliki teman yang walaupun dia baru mulai belajar di minggu kelima, dia bisa menyelesaikan materi yang sama denganku, memang tipe belajarnya cukup membaca sekali dan cepat, dan ingat semuanya secara ajaib. Ada juga temanku yang memang cara belajarnya harus membaca dicicil dan diulang sejak minggu pertama tapi nggak perlu mencatat. So yeah, temukan cara belajar terbaikmu sedini mungkin karna itu benar-benar membantu kamu mengerti dan mengingat materi kedokteran yang bejibun yang akan kamu recall saat koas nantinya.

Setelah menemukan cara belajar terbaik, kamu juga harus mengetahui suasana belajar terbaikmu. Apakah kamu harus belajar di tempat sunyi, atau kamu perlu musik untuk membantumu belajar, atau justru kamu harus belajar di suasana yang ramai. Selain itu, temukan teman belajar yang tepat untuk hasil yang optimal. Belajar besama kadang diperlukan di sekolah kedokteran terutama menjelang ujian CBT. Kita bisa saling berbagi materi misalnya dengan bergantian menjelaskan materi, sekaligus menyamakan persepsi terkait suatu topik dan materi. Selain mendapatkan pemahaman materi yang optimal, teman belajar juga bisa menjadi reminder agar kita tidak terlena dengan hingar bingar duniawi dan selalu ingat bahwa belajar kedokteran yang sungguh-sungguh (tidak hanya untuk lulus CBT) itu butuh effort.

Tips-tips yang sudah aku tulis di atas baru aku praktikan menjelang ujian akhir setelah koas untuk mendapat gelar dokter. Sudah sangat terlambat memang, tapi tetap saja lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan? Tapi untuk kalian yang baru mulai, trust me! Start from now! Karna pasti kalian akan menyesal kalau baru mulai kaya aku di masa akhir koas. 

Oke, karna aku sudah lelah menulis jadi cukup sekian coretan aku kali ini. Terima kasih!

Sabtu, 21 Desember 2019

Morning Skincare Routine 2019 (November – December)


Disclaimer: I’m not an expert, this review is based on my personal experience.

Rangkaian skincare-ku lebih fokus untuk melembabkan dan mencerahkan. Sebenarnya karena wajahku belang aku masih dalam masa pencarian skincare yang meratakan warna kulit. Namun selama kurang lebih sebulan menggunakan rangkaian skincare ini, aku belum merasakan perubahan yang signifikan dalam hal meratakan warna kulit tersebut.


Garnier Micellar Water. Step ini optional, kadang kalau aku malas aku skip (mostly aku skip sih). Aku melakukan step ini untuk membersihkan sisa skincare di malam sebelumnya ketika merasa wajahku agak greasy. Aku menggunakan Garnier Micellar Cleansing Water (tutup pink) dan Garnier Micellar Oil-Infused Cleansing Water (tutup putih) bergantian sesuai keinginan. Aku cenderung menggunakan yang bertutup pink untuk skincare pagi hari karena aku merasa tidak banyak yang perlu dibersihkan, sedangkan aku menggunakan yang bertutup putih biasanya jika menggunakan makeup atau setelah seharian keluar terpapar debu dan polusi. Produk ini membersihkan sisa makeup, sisa skincare, dan debu dengan baik namun meninggalkan kesan lengket di wajahku.

Cetaphil Gentle Skin Cleanser. I wanna make a review about this product next time! Setelah membersihkan wajah dengan micellar water, aku akan melakukan double cleansing dengan Cetaphil. Aku sudah cukup lama menggunakan produk ini, kurang lebih satu sampai dua tahunan sama seperti aku menggunakan Nature Republic Aloe Vera 92% Soothing Gel-ku. Walaupun terkadang aku mencoba produk lain, aku tetap akan kembali pada Cetaphil. Wajahku terasa lembab setelah menggunakan produk ini.



Evian Facial Spray. Aku menggunakan produk ini sebagai hydrating toner. Produk ini baru kucoba untuk pertama kalinya, walaupun sebenarnya sudah hype cukup lama. Aku merasa wajahku sangat terhidrasi setelah menggunakan produk ini. Namun karena aku sayang dengan produk ini (menurutku untuk digunakan sebagai toner cukup mahal dengan isinya yang tidak begitu banyak walaupun produk ini memang benar-benar memberikan hidrasi yang baik), aku sering menghematnya dan tidak memakainya jika wajahku tidak terlalu kering. Aku ingin repurchase produk ini jika aku punya uang cukup, hehe.

The Ordinary Alpha Arbutin 2% + HA Serum. Ini juga pertama kalinya aku mencoba produk The Ordinary setelah pergulatan batin yang cukup lama karena aku takut produk ini tidak cocok denganku dan khawatir jika produk ini membuatku breakout. Ternyata produk ini juga berkontribusi melembabkan wajahku di cuaca yang panas ini walaupun terkesan legket. Aku tersugesti bahwa wajahku menjadi lebih firm setelah menggunakan produk ini secara rutin. Namun, aku masih belum merasakan efek meratakan warna kulit dari produk ini.


ElsheSkin Hydrating Moisturizer Cream. I love this product! Produk ini sangat menghidrasi kulit. Pemakaiannya menutupi rasa lengket serum The Ordinary dan seketika memberikan kelembaban dan meningkatkan kekenyalan kulit wajahku (ini bukan hiperbola, tapi ini menurutku pribadi). Aku ingin repurchase produk ini seperti halnya Evian Facial Spray, kalau aku punya uang cukup. Menurutku harganya cukup pricy dengan kemasan yang sangat kecil, typical produk ElsheSkin. But still, this product is worth to be repurchased! Kadang jika aku sayang dengan krim ini aku akan memakai Pond’s Instabright Tone Up Milk Cream sebagai krim pelembab pengganti ElsheSkin yang mana pengaplikasiannya cukup sedikit saja agar tidak meninggalkan white cast.

L’oreal UV Perfect Matte & Fresh. Sunscreen favoritku saat ini. Jika tahun lalu hingga pertengahan tahun ini aku sangat mendewakan Skin Aqua, kira-kira sejak Juli 2019 aku mulai beralih pada produk ini. Awalnya aku sempat kembali ke pelukan Skin Aqua, namun sejak September 2019 aku mulai menetapkan pilihanku pada L’oreal UV Perfect Matte & Fresh. Sesuai namanya, produk ini benar-benar memberikan kesan matte dan fresh di wajah. Otomatis aku merasa lebih terhidrasi tanpa merasa berminyak setelah menggunakan produk ini karena dia benar-benar memberikan kesan matte, dan menurutku produk ini lebih tidak greasy dibanding Skin Aqua. Aku sudah repurchase produk ini 6-7 kali dalam setengah tahun ini karena sebegitu sukanya aku pada produk ini. And of course, I will repurchase this product over and over again!

Itulah rangkaian morning skincare-ku selama satu bulan terakhir. Tapi kadang aku skip bagian micellar water dan facial spray ketika aku malas karena menurutku mereka tidak berefek meratakan warna kulit. Setelah ini mungkin aku akan mencoba produk lain dengan fokus meratakan warna kulit dan aku pasti akan update skincare routine-ku secara berkala atau review produk yang perlu direview.

Sabtu, 14 Desember 2019

Review: Safi White Expert Series


Disclaimer: I’m not an expert, this review is based on my personal experience.

Kali ini aku ingin membahas skincare routine yang aku gunakan selama bulan Februari sampai pertengahan Maret 2019. Yup, Safi White Expert Series. Skincare dari negeri Jiran yang memiliki klaim halal dan mengandung habatussauda ini sudah booming pada tahun 2018 kemarin. Aku sudah pernah mencoba 2 in 1 cleanser & toner-nya sebelumnya tahun lalu, tapi baru mencoba sebagian rangkaian white expert series-nya bulan Februari kemarin, itu pun minus penggunaan deep exfoliator dan essence.

Jadi produk yang aku punya adalah makeup remover, 2 in 1 cleanser & toner, refiner, day cream, dan night cream. Untuk sunscreen aku tetap menggunkan sunscreen favoritku saat itu yaitu Skin Aqua (sekarang sunscreen favoritku L'oreal UV Perfect Matte & Fresh), sedangkan untuk malamnya aku juga menggunakan nature republic 92% aloe vera soothing gel kesukaanku.

Produk Safi secara umum mengandung habatussauda yang dipercaya memiliki banyak khasiat untuk tubuh. Sedangkan White Expert Series ini memiliki kandungan oxywhite dan secara keseluruhan produknya memiliki sensasi dan aroma mint yang menyegarkan.

Safi White Expert Purifying Makeup Remover. Menurutku, produk makeup remover ini benar-benar menghapus makeup dengan baik. Overall aku lebih suka produk ini dibanding Garnier yang biasa aku gunakan, karena produk Safi tidak memberikan efek lengket setelah pemakaiannya sedangkan tiap aku menggunakan Garnier Micellar Water aku merasa ada efek lengket setelah pemakaian.

Safi White Expert 2 in 1 Cleanser & Toner. Sebenarnya untuk White Expert Series ini ada produk cleanser tersendiri yaitu Safi White Expert Purifying Cleanser, tapi karena sebelumnya aku sudah mencoba produk 2 in 1 Cleanser & Toner dan merasa cocok, aku memutuskan untuk memilih produk ini sebagai cleanser. Aku suka sensasi mint yang kuat dari produk cleanser ini dan aku tersugesti bahwa wajahku benar-benar bersih setelah menggunakan produk ini. Menurutku, produk ini cocok saja karena tidak menyebabkan breakout di wajahku, tapi tidak terlihat hasil yang signifikan selain melembabkan dan menyegarkan.

Safi White Expert Skin Refiner. Klaim produk ini adalah meringkas pori-pori wajah, mempersiapkan kulit wajah untuk menerima produk selanjutnya, formulasi tanpa alkohol yang memberikan kesegaran tanpa rasa perih dan lengket. Karena aku tidak memiliki masalah dengan pori-pori, aku tidak bisa menilai klaim meringkas pori-pori di wajah. Tetapi aku setuju kalau produk ini memberikan kesegaran tanpa rasa perih dan lengket.

Safi White Expert Day Cream. Klaim produk ini melindungi kulit dari paparan sinar UVA dan UVB, melindungi kulit dari penggelapan akibat radiasi, membuat kulit tampak cerah, menghaluskan kulit dan meratakan warna kulit. Aku menggunakan produk ini saat aku KKN di daerah pantai yang tentunya banyak terpapar sinar matahari. Mungkin karena itu aku tidak merasa kulit tampak cerah tapi aku merasa kulit wajahku tidak mengalami penggelapan dan efek menghaluskan kulit juga kurasakan. Tapi jujur aku kurang suka produk ini karena menurutku pemakaiannya membuat wajahku greasy dan aku tidak merasakan perubahan yang signifikan, walaupun tidak memperburuk keadaan. But I prefer another day cream product.

Safi White Expert Night Cream. Klaim produk ini mencerahkan dan menyejukkan kulit wajah, Vitamin B3 meratakan kulit wajah ketika tidur, bio hyaluronic acid memberikan kelembaban sepanjang malam. Klaim yang aku rasakan hanyalah memberikan kelembaban dan menyejukkan kulit wajah, sekali lagi mungkin karena saat itu aku juga terpapar matahari setiap hari jadi efek mencerahkannya tidak terlalu terlihat. Tapi aku lebih suka produk night cream-nya dibanding produk day cream-nya. But as the product before, I prefer another night cream product.

Menurutku yang worth it to be repurchased adalah produk makeup remover dan skin refiner-nya. Tapi sepertinya akan lebih baik jika kita menggunakan satu rangkaian produk lengkap untuk hasil optimal dan tentunya harus digunakan secara konsisten, karena aku pribadi hanya menggunakan rangkaian produk ini selama sebulan, jadi mungkin efeknya memang belum bisa terlihat.

NB: Kalian bisa cari sendiri gambar produknya di google karena aku sudah tidak tahu dimana kemasan-kemasan produkku berada.

Senin, 09 Desember 2019

Indonesia Bebas Pasung

Dalam masyarakat, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berhadapan dengan stigma, diskriminasi, dan marginalisasi. Stigma menyebabkan ODGJ tidak mencari pengobatan yang diperlukan atau mereka mencari pengobatan namun mendapatkan pelayanan dengan mutu rendah. Marginalisasi dan diskriminasi juga meningkatkan risiko kekerasan terhadap hak-hak individu, hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya pada ODGJ tersebut. Stigma masyarakat mengenai ODGJ yang suka mengamuk dan berisiko mencelakai orang lain maupun diri sendiri adalah penyebab kebanyakan ODGJ mengalami pemasungan.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, dari sekitar 400.000 ODGJ berat, satu di antara 7 ODGJ tersebut pernah mengalami pemasungan. Hingga tahun 2015 telah ditemukan lebih dari 8000 kasus pemasungan di Indonesia dan diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi di masyarakat.

Pemasungan sendiri memiliki pengertian segala tindakan pengikatan dan pengekangan fisik yang dapat mengakibatkan kehilangan kebebasan seseorang. Indonesia Bebas Pasung 2019 adalah upaya untuk membuat Indonesia bebas secara nasional dari praktek pemasungan dan penelantaran terhadap ODGJ. Upaya ini telah dideklarasikan oleh Menteri Kesehatan RI pada 10 Oktober 2010, dan merupakan upaya bersama Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kepolisian, dan BPJS Kesehatan yang telah disepakati dengan penandatanganan Nota Kesepahaman lintas kementerian/lembaga.

Masyarakat banyak salah kaprah dan merasa mereka sebagai korban karena terancam terkena amukan atau dilukai oleh ODGJ. Selain itu masih ada pola pikir dan kultur di masyarakat yang menganggap pemasungan merupakan salah satu cara menyembuhkan ODGJ. Hal tersebut tentu tidak benar karena faktanya justru ODGJ yang mengalami pemasungan itulah yang menjadi korban. ODGJ yang seharusnya ditolong dan segera mendapat perawatan medis maupun psikoterapi malah dikekang haknya untuk memperoleh kebebasan sekaligus mendapatkan kehidupan yang layak dan akses kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya pemasungan termasuk dalam pelanggaran HAM terhadap ODGJ.



Pemasungan terjadi karena masih rendahnya pengetahuan keluarga dan masyarakat mengenai penyakit gangguan jiwa yang dialami oleh ODGJ. Peluang pemasungan terjadi lebih besar pada kelompok yang tinggal di pedesaan atau berasal dari kalangan sosial ekonomi bawah. Alasan pemasungan yang lain adalah sulitnya akses layanan kesehatan jiwa, termasuk sistem pelayanan kesehatan jiwa yang belum optimal sehingga perlu peningkatan keterampilan tenaga ahli untuk menangani ODGJ dengan tepat mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas.

Karena alasan tersering pemasungan adalah dari pihak masyarakat, khususnya dari pihak keluarga ODGJ itu sendiri, maka perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai hal ini. Masyarakat perlu diedukasi bahwa ODGJ dapat disembuhkan apabila mendapat perawatan yang tepat, dan pemasungan bukanlah pilihan yang tepat. Masyarakat diharapkan mampu mengenali kasus-kasus gangguan jiwa yang mungkin terjadi di masyarakat, mempromosikan kepada sesama untuk menghindari praktek pemasungan, melaporkan temuan ODGJ terutama yang mengalami pemasungan kepada pihak terkait (pejabat desa, tenaga medis, atau kepolisian), dan mendorong keluarga atau anggota masyarakat untuk memberikan akses ODGJ berobat dan melakukan kontrol. Setelah ODGJ terkontrol, masyarakat dapat membantu proses rehabilitasi ODGJ dengan menerima dan mendorong penderita melakukan aktivitas sosial sesuai dengan keadaan dan kemampuannya. Sudah saatnya stigma tentang ODGJ dihilangkan, tentunya mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.


Referensi:
PMK No 54 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Pemasungan pada Orang dengan Gangguan Jiwa

Sabtu, 07 Desember 2019

Review: Nature Republic Soothing & Moisture Aloe Vera 92% Soothing Gel

Disclaimer: I’m not an expert, this review is based on my personal experience.

Mungkin sudah sangat terlambat untuk review produk ini, tapi aku sendiri baru merasa perlu untuk me-review sekarang. Aku pribadi sudah menggunakan produk ini kurang lebih hampir dua tahun walaupun ada masa aku malas memakainya.

Produk ini dikeluarkan dalam kemasan jar dengan kandungan 250 ml gel. Harga dari produk ini menurut aku sesuai, di range 70-100 ribu rupiah, tahan lama dan tidak habis-habis. Karena bahan dasar dari produk ini adalah aloe vera, tentunya produk ini memiliki banyak manfaat. Klaim yang disebutkan dari naturerepublicusa sendiri antara lain memberikan efek melembabkan kulit dengan daya penyerapan jel yang cepat serta memberikan sensasi menyejukkan pada kulit bahkan kulit sensitif sekalipun.

Adapun tips pengaplikasian yang disarankan naturerepublicusa antara lain sebagai berikut:
1.       Moisturizing sleeping pack
Soothing gel ini dapat digunakan sebagai sleeping pack dengan mencampurkan face oil sehingga meningkatkan efek melembabkan kulit wajah.
2.       Glowing skin makeup
Campur primer dan soothing gel dengan perbandingan 2:1 untuk memberikan efek glowing pada hasil makeup, dan tentunya akan memberikan kelembaban kulit yang optimal.
3.       Moisture replenish for body
Gunakan dengan minyak seperti olive oil atau argan oil untuk memberikan efek double-moisturizing pada kulit tubuh.
4.       Silky smooth hair treatment
Gunakan sebagai hair serum untuk peremajaan rambut dan memberikan efek rambut berkilau.
5.       Cooling eyes & moisturizing lips
Gunakan dengan kapas sebagai eye pad atau gunakan untuk melembabkan bibir kering.
6.       Light aftershave soothing gel
Soothing gel ini juga dapat digunakan untuk kulit yang rentan iritasi setelah dicukur.
7.       Hydrating nail essence for healthy nails
Jika kamu sering melakukan nail-art atau apapun yang memanipulasi kuku jari, soothing gel ini dapat digunakan untuk menghidrasi kuku dan menjaga kuku tetap sehat.
8.       Soothing effect for stimulated skin
Selain memberikan efek melembabkan, soothing gel ini sesuai namanya juga memberikan efek menenangkan kulit tubuh dari stress akibat debu maupun sinar UV.

Aku pribadi biasanya memakai soothing gel ini sebagai sleeping mask (tanpa dicampur dengan face oil) di akhir night skincare routine-ku sekaligus sebagai sealing untuk rangkaian skincare routine-ku. Menurutku klaim melembabkan dan menenangkannya benar-benar terbukti. Soothing gel ini tetap ada aroma alkoholnya karena memang kandungan aloe vera-nya 92% (tidak 100%, jadi masih ada kandungan lain termasuk alkohol dalam bentuk etanol), tapi menurutku tetap cocok untuk kulitku yang sensitif. Menurutku produk ini bisa beradaptasi di kulitku. Tipe kulitku awalnya berminyak, saat menggunakan produk ini justru menahan minyak berlebih walaupun aku gunakan banyak-banyak. Sekarang tipe kulitku cenderung kering-sensitif dan aku tetap menggunakan produk ini karena membuat kulitku lembab. Aku merasa tersugesti karena dengan menggunakan produk ini beruntusanku berkurang. Kalau skip satu-dua hari saja biasanya akan mulai muncul beruntusan di wajah.
Aku pernah menggunakan produk ini untuk rambutku yang greasy dan cukup berefek, rambutku jadi lebih lembut. Aku menggunakan produk ini untuk rambutku di malam hari, lalu pagi harinya rambut terasa lebih lembut dan mudah diatur walaupun aku tidak mencuci rambut (aku keramas sehari sekali tiap malam).

Aku belum pernah mencoba produk ini sebagai produk aftershave tapi aku tertarik mencobanya suatu saat nanti tentunya. Sedangkan untuk kulit kering, bibir pecah-pecah, maupun eye pad aku mempunyai produk lain sehingga aku tidak memakai produk ini.

Skincare itu cocok-cocokan dengan kondisi kulit. Produk ini mungkin cocok di aku, tapi belum tentu cocok untuk kalian. Beberapa temanku merasa tidak berefek menggunakan produk ini, bahkan ada yang jadi beruntusan. Jadi kalau kalian mengalami keluhan serupa, kemungkinan produk ini tidak cocok untuk kalian. Saranku tentunya hentikan penggunaan untuk wajah dan berikan kepada teman kalian yang cocok dengan produk ini. Tapi kalau kalian merasa sayang, kalian bisa menggunakannya untuk hair treatment, aftershave treatment, nail treatment, maupun body treatment seperti tips diatas.

Satu Bulan Internsip

Hola, ternyata sudah satu bulan tidak menulis. Padahal terlalu banyak kegelisahan-kegelisahan yang dialami dalam satu bulan ini, haha. Tap...