Aku sudah tiga tahun menjalani
hubungan jarak jauh alias long distance
relationship. Apakah menyenangkan? Tentu. Jadi, nggak ada sedihnya? Oh,
tentu ada. Selalu ada bahagia dan sedih, senang dan susah di setiap hubungan. Begitu
pun dengan aku. Tapi pahit manis suatu hubungan itulah yang justru membuat
hubungan menjadi lebih berwarna dan tentunya menjadikan pribadi masing-masing
menjadi berkembang lebih baik, bukan?
Komunikasi sudah pasti menjadi kunci agar hubungan berjalan dengan
baik. Komunikasi yang kurang baik tentunya bisa membuat suatu hubungan
mengalami kesalahpahaman dan ketidak-harmonisan. Dalam berkomunikasi, menurutku
dibutuhkan kedewasaan dan kebesaran hati,
serta kesadaran untuk saling menekan ego
masing-masing. Kadang kita bisa tidak setuju dengan pendapat orang lain,
termasuk pasangan kita sendiri. Apabila kita berbesar hati untuk menerima
pendapat orang lain yang berbeda dengan kita tentunya kita tidak akan dengan
mudah menghakimi, sehingga harapannya bisa mencari jalan tengah dan kesepakatan
dengan kepala dingin, bukan dengan perasaan yang tidak enak di antara satu sama
lain. Kita semua tentu juga tahu, keputusan yang diambil dalam keadaan emosi
selalu adalah keputusan yang salah.
Lalu, apa yang bisa dilakukan
jika dalam suatu hubungan terjadi masalah? Prinsipnya sama dengan prinsip
komunikasi yang sudah kutuliskan di atas. Harus ada kebesaran hati untuk
menekan ego masing-masing, dan jangan pernah membuat keputusan di saat sedang
emosi. Selain itu, kita harus mengingat kembali tujuan awal hubungan kita. Aku tidak
ingin membahas bila hubungan yang dijalin masih main-main dan belum serius. Namun
bila suatu hubungan sudah didasari komitmen untuk serius dan siap menjalani
bersama, apabila ada masalah yang datang tentu harus berusaha menyelesaikannya,
dan mengingat komitmen yang disepakati sejak awal. Apabila salah satu emosi,
tentunya pihak lainnya harus bisa menekan ego dan sebaliknya. Karena bila
keduanya tidak ada yang mau mengalah tentu akan lelah.
Hubungan jarak jauh mempunyai
tantangan tesendiri karena komunikasi tanpa tatap muka lebih tidak mudah dibanding
dengan komunikasi yang dilakukan secara langsung. Ketika kita bertatap muka
dengan orang yang kita ajak berkomunikasi, kita bisa melihat raut wajah dan
ekspresi serta gestur tubuh mereka, sehingga kita juga bisa menilai perasaan dan
emosi yang tertuang sebenarnya. Saat kita berjauhan, kesalahpahaman dalam berkomunikasi
bisa terjadi karena kita tidak bisa menilai ekspresi lawan bicara kita,
bagaimanakah perasaan yang sebenarnya.
Hal yang perlu kita lakukan dalam
berkomunikasi jarak jauh tentunya adalah jujur
dan terbuka. Sehingga walaupun kita tidak bisa menunjukkan ekspresi dan
raut wajah kita kepada lawan bicara kita, semua perasaan kita dapat
tersampaikan dengan jujur dan apa adanya. Setidaknya kita mencurahkan seluruh
ekspresi dan perasaan kita lewat tulisan atau suara, sehingga lawan bicara kita
juga bisa mendapat gambaran menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Kalau info
yang diterima hanya setengah-setengah, kesimpulan yang diambil pastinya akan
kurang tepat, bukan? Itulah yang bisa memicu kesalahpahaman.
Sejak awal menjalin hubungan, aku
sudah terpisah jarak. Aku dan pasanganku bisa bertahan selama tiga tahun tentu
tidak mudah. Kami hanya bertemu setidaknya sekali dalam sebulan, itu pun tidak
dalam waktu lama. Namun sedari awal, pasanganku selalu menekankan dan
mengajarkanku untuk jujur dan terbuka. Apabila ada hal yang mengganggu, kami
selalu membicarakannya dan berusaha untuk menyelesaikannya. Karena apabila
masalah itu dibiarkan berlarut-larut akan memperburuk hubungan kami, apalagi
kami hanya bisa menyelesaikannya secara jarak jauh.
Menjadi jujur dan terbuka adalah
hal yang baru untukku. Aku bukan orang yang bisa dengan mudah menceritakan
segala keluh kesah, sambatan dari
lubuk hati terdalam, hingga menunjukkan dark
side-ku kepada orang lain, bahkan bisa dibilang tidak pernah sampai aku
bertemu pasanganku kali ini. Aku, kepada pasanganku yang lalu-lalu tidak pernah
bisa terbuka padahal kami bahkan bisa saling bertemu langsung. Kadang ada
kebohongan-kebohongan kecil antara aku dan pasangaku terdahulu. Tapi sekarang,
aku sama sekali tidak bisa menyembunyikan apapun dari pasanganku. Justru aku
yang merasa perlu dan selalu ingin berbagi cerita dan segala keluh kesahku
padanya, mulai dari yang serius hingga hal-hal tak penting sekalipun. Semuanya melalui
proses panjang hingga aku di tiitk ini. Tapi satu hal yang pasti, keterbukaan
dan kejujuran yang diajarkan dan ditanamkan oleh pasanganku kepadaku
benar-benar membuatku menjadi lebih baik, aku bisa mengeluarkan segala uneg-unegku,
dan tentunya hal tersebut menguatkan hubungan kami.
Tak bisa dipungkiri, dalam suatu
hubungan kita tetap perlu bertatap muka. Hal kedua, hubungan itu diusahakan
bersama, tidak bisa pasrah menerima keadaan dan menunggu. Dua kunci itu kami
pegang, karena itu aku selalu mengupayakan untuk tetap bertemu walaupun tidak
lama dan tidak sering. Hal yang pelru disyukuri karena kami hanya dipisahkan
kota, sehingga pertemuan masih bisa diusahakan. Kadang aku yang mengunjunginya,
kadang juga sebaliknya. Tergantung situasi, tapi kuncinya adalah tetap harus diusahakan bertemu dan
menghabiskan waktu bersama.
Lagi-lagi seperti di
tulisan-tulisanku sebelumnya, jangan lupa untuk bersyukur. Bersyukur karena
bisa bertahan hingga sekarang, berarti banyak hal baik yang telah terjadi dan
tentunya akan lebih banyak lagi hal baik nantinya bila kita bisa bertahan dan
terus berproses memperbaiki diri bersama. Bersyukur, karena walaupun kita punya
flaws, pasangan kita masih tetap
bertahan dan menerima kita hingga kita di titik ini. Kalau sudah bersyukur
pastinya kita akan banyak berterima kasih pada diri kita dan pasangan karena
sudah ada dan bertahan hingga sekarang. Dengan bersyukur juga kita akan lebih
menerima satu sama lain dan diri sendiri. Aku, masih belajar, tapi dengan tulus
selalu bersyukur dan berterima kasih atas segala hal baik yang kudapatkan yang bisa
kujadikan kenangan indah, dan tak lupa kepada hal buruk yang pernah terjadi
yang bisa menjadi pelajaran ke depannya.
Aku pun sampai sekarang masih
terus belajar untuk menjaga dan membangun hubungan bersama pasanganku. Belajar untuk
bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, kepada semesta yang mempertemukan
kita, kepada pasanganku atas segala perhatian dan penerimaannya sejauh ini, dan
kepada diriku sendiri yang mau berproses dan berkembang menjadi lebih baik
lagi.